[Opini] Paham Konsumerisme, Baik atau Buruk?

Avatar photo

- Redaksi

Senin, 15 Juli 2019 - 13:31 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

PROFESI-UNM.COM – Arti kata konsumerisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki dua makna yaitu yang pertama “gerakan atau kebijakan untuk melindungi konsumen dengan menata metode dan standar kerja produsen, penjual, dan pengiklan” dan makna yang kedua ialah “paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang (mewah) sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya; gaya hidup yang tidak hemat”. Sedangkan dalam kehidupan kita sehari-hari, banyak yang mengartikan konsumerisme itu seperti orang-orang yang boros dalam berbelanja suatu barang.

Yah, penganut konsumerisme banyak diartikan sebagai orang-orang yang mendahulukan keinginannya daripada kebutuhannya dalam berbelanja sesuatu.

Sementara itu, menurut salah satu ahli, Zygmut Baumant, “konsumerisme adalah situasi dimana orang membeli berbagai barang semata-mata untuk kesenangan membeli, bukan karena memerlukan kebutuhan itu.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurutnya, hasrat adalah keinginan untuk mengonsumsi”. Jika didengar sepintas maka kita akan menyudutkan orang-orang yang menganut paham konsumerisme, akan tetapi jika mendengarkan dengan realistis, maka orang-orang yang menganut paham konsumerisme tidak ada salahnya. Sejatinya konsumerisme tidak ada salahnya ketika seseorang memang mempunyai uang, konsumerisme akan salah ketika seseorang memang benar memaksakan untuk mendapatkan sesuatu.

Baca Juga Berita :  [Opini] Matinya Demokrasi Universitas Negeri Mahal

Sebagaimana makna yang tersirat dalam lagu “Bingung” yang diciptakan oleh musisi indie, Iksan Skuter yang menceritakan tentang betapa sulitnya menjadi manusia yang manusia di era sekarang, diam saja masih ada yang menyalahkan terlebih jika bergerak atau melakukan sesuatu. Yah, seperti itulah mindset yang terpolarisasi dalam benak setiap manusia di zaman sekarang, “Judge By Cover” dan SMOS, “Susah Melihat Orang Senang/ Senang Melihat Orang Susah” sudah menjadi kearifan modern saat ini.

Tidak ada salahnya untuk menilai orang, karena kebebasan berpendapat dimiliki oleh setiap manusia tetapi jangan terlalu idealis juga dalam menilai yang dimana tiba-tiba diri ini bertindak seperti Tuhan. Kadang kala seseorang menilai sesamanya hanya berdasarkan satu sisi, seperti halnya ketika seseorang telah memiliki barang X dan ingin membeli barang X lagi dengan nominal yang mahal dan seketika ada seseorang yang menilai jika orang tersebut penganut paham konsumerisme atau orang boros yang kebahagiaannya berdasarkan barang yang mewah, padahal kita tidak tahu bahwa orang tersebut bisa saja membeli barang X yang jauh lebih mahal daripada barang X yang sekarang ia beli, secara tidak sadar, orang tersebut sudah berhemat setidaknya dalam angka nominal yang tinggi.

Baca Juga Berita :  [OPINI] Fenomena Disruption Dalam Pelayanan Publik: Tantangan Dan Peluang Diera Digital

Jikalau kebebasan berpendapat dijadikan pedoman ketika menilai seseorang yang menganut paham konsumerisme maka kita harus renovasi otak sejenak untuk mengingat bahwa setiap orang memiliki hak asasi manusia yang tidak boleh direnggut oleh siapapun itu, salah satunya dengan kebebasannya berpenampilan dan berperilaku. Selagi tidak merugikan orang yah tidak ada salahnya. (*)

*Penulis adalah Andi Juliandrie Abham Mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis (angkatan 2017) Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Makassar (UNM)

Berita Terkait

Berkata jujur adalah tindakan revolusioner
[Opini] Intoleransi Sebagai Kabut yang Menyembunyikan Akar Masalah Bangsa
[Opini] Ada yang Berantakan tapi Bukan Kamarku, Melainkan Kampusku
[Opini] Menyoal Efisiensi APBN: Ketika Keuangan Negara Tak Lagi Pro-Rakyat
[Opini] Balada Kampus Komersial
[Opini] Mengurai Kekacauan Batin: Mencari Jeda di Tengah Rutinitas Akademik
[Opini] Sebuah Catatan Kritis Untuk Refleksi Fakultas Tanpa Kelas Dan Tanpa Suara
[Opini] Pendidikan yang Membungkam : Saat Instansi Pendidikan Membentuk Komoditas Tanpa Imajinasi
Berita ini 1 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 25 Juni 2025 - 20:05 WITA

Berkata jujur adalah tindakan revolusioner

Minggu, 22 Juni 2025 - 20:11 WITA

[Opini] Intoleransi Sebagai Kabut yang Menyembunyikan Akar Masalah Bangsa

Minggu, 22 Juni 2025 - 13:58 WITA

[Opini] Ada yang Berantakan tapi Bukan Kamarku, Melainkan Kampusku

Jumat, 13 Juni 2025 - 17:38 WITA

[Opini] Menyoal Efisiensi APBN: Ketika Keuangan Negara Tak Lagi Pro-Rakyat

Kamis, 12 Juni 2025 - 22:25 WITA

[Opini] Balada Kampus Komersial

Berita Terbaru

Ilustrasi mahasiswa yang sedang membangun personal branding di bangku perkuliahan, (Foto: Int.)

wiki

Tips Membangun Personal Branding di Bangku Perkuliahan

Rabu, 25 Jun 2025 - 23:45 WITA

Dokumentasi pemateri saat paparkan tahapan SIM-MBKM pada sosialisai, (Foto: Int.)

Magang

Mahasiswa UNM Diimbau Tak Abaikan Tahapan SIM-MBKM

Rabu, 25 Jun 2025 - 23:28 WITA

Potret Muhammad Aswin R, (Foto : Ist.)

Opini

Berkata jujur adalah tindakan revolusioner

Rabu, 25 Jun 2025 - 20:05 WITA

Poster MTQMN 2025 UNM Menghadirkan 15 Cabang Lomba Tingkat Mahasiswa

Agendasiana

MTQMN 2025 UNM Hadirkan 15 Cabang Lomba Tingkat Mahasiswa

Selasa, 24 Jun 2025 - 23:14 WITA