PROFESI-UNM.COM – Pendidikan Luar Sekolah (PLS) merupakan salah satu jurusan yang ada di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Makassar (UNM). Awalnya Jurusan PLS bernama Pendidikan Sosial dan telah ada sejak tahun 1962, yang waktu itu kampus oranye ini masih berada di bawah naungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Hasanuddin (Unhas).
Kemudian di tahun berikutnya, FKIP Unhas memisahkan diri dan bergabung dengan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta (sekarang bernama Universitas Negeri Yogyakarta) sebagai salah satu cabangnya. Tahun 1965, menyusul terbitnya SK Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pendidikan Pengetahuan Republik Indonesia tentang resminya IKIP Makassar menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia.
Pendidikan Sosial kemudian berganti nama di Tahun 1979 menjadi Pendidikan Luar Sekolah seperti sekarang. Walaupun usianya telah menginjak 57 tahun, namun lembaga yang mencetak pendidik dan tenaga kependidikan ini belum dikenal luas di kalangan masyarakat. Padahal di kisaran tahun 1981 hingga 1985 jurusan ini sempat sangat diminati karena permintaan lulusannya yang banyak dibutuhkan saat itu. Tahun itu pula kampus oranye ini pernah membuka program Diploma Satu (DI) dan Diploma Dua (DII) untuk memenuhi permintaan tenaga lapangan (tenaga profesional).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Tahun 1981 itu sempat booming PLS, karena alumninya banyak dibutuhkan. Tiap tahun kami kewalahan saat pendaftaran sampai akhirnya waktu itu kami buka program DI dan DII-nya di sini,” ungkap Ketua Jurusan PLS FIP UNM, Syamsul Bakhri Gaffar saat ditanyai rekam jejak jurusan ini.
Berbeda dengan jurusan pencetak pendidik dan tenaga kependidikan lain, PLS sedari awal tidak disiapkan sebagai guru pengajar di sekolah atau yang disebut pendidik pendidikan formal. Melainkan didesain untuk menciptakan lulusan yang bisa menjadi pengelola atau penyelenggara di satuan pendidikan nonformal seperti Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP), Pusat Kegiatan belajar Masyarakat (PKBM) dan beberapa program pemberdayaan masyarakat.
“Ini yang perlu diingat kami tidak menyiapkan mahasiswa untuk menjadi guru yang mengajar matematika, bahasa inggris, dan mata pelajaran lain di sekolah-sekolah,” lanjut pria kelahiran Kolaka tersebut.
Ia juga menegaskan bahwa PLS lebih menekankan ilmu kewirausahaan kepada mahasiswanya. Selaras dengan visi dan misi UNM yang juga menanamkan kewirausahaan pada kelembagaannya. Di mana dianggap menjadi salah satu bekal mahasiswanya untuk bersaing di era milenial, dan tidak hanya terpaku pada posisi PNS.
“Kami juga menanamkan kewirausahaan di sini, dan itu jauh sebelum UNM menjadikan kewirausahaan sebagai salah satu visi misinya,” katanya.
Jadi, mahasiswa PLS tidak hanya menjadi PNS di beberapa instansi pendidikan nonformal. Melainkan lulusannya juga bisa menggunakan kompetensinya dalam membangun sebuah satuan pendidikan maupun program pendidikan nonformal. Seperti membuka berbagai macam kursus dan pelatihan masyarakat. (*)
*Reporter: Muhammad Ilham Akbar. B/Editor: Ulil Afiah Az-zakiyah