PROFESI-UNM.COM- Membaca membuka ruang dialog tanpa batas waktu. Setiap kali kita membaca buku, kita sebenarnya sedang duduk bersama para pemikir, filsuf, penulis, dan pelaku sejarah dari masa lalu hingga kini.
Mereka berbicara kepada kita melalui kata-kata yang telah mereka susun sedemikian rupa, dan kita menyimaknya dengan keheningan, merenungkan setiap gagasan yang disampaikan. Dalam keheningan itulah terjadi percakapan yang paling mendalam—bukan dengan suara, tetapi dengan makna.
Buku memungkinkan kita belajar langsung dari orang-orang yang mungkin kita tidak pernah temui, bahkan yang telah lama tiada. Kita di giring untuk memahami cara mereka memandang hidup, mengurangi masalah, dan mengagas masa depan. Membaca menjadikan kita pewaris atas para pemikir-pemikir besar tanpa harus menjadi bagian dari zamannya. Maka, bukan hanya sekedar aktivitas pribadi melainkan pertemuan batin yang dapat memperkaya dan memperluas cakrawala berfikir seorang manusia.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Percakapan diam-diam ini membuat kita tumbuh. Ia membentuk cara berfikir, mengasah kepekaan, dan menyuntikan keberanian kepada kita untuk bertanya. Semakin sering kita membaca semakin banyak tokoh hebat yang diam-diam menyumbang pada pembentukan jati diri kita. Disanalah kekuatan membaca: tak terlihat, tapi terasa; tak terdengar tapi membentuk.(*)
*Penulis : Fuad Farizt De Aprilia