
PROFESI-UNM.COM – Puasa merupakan praktik spiritual yang ditemukan dalam berbagai agama di seluruh dunia. Meski aturan dan cara menjalankannya berbeda-beda, pada intinya puasa bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, membersihkan jiwa, dan meningkatkan kemampuan mengendalikan diri. Dalam setiap agama, puasa sering dipahami sebagai sarana refleksi, penebusan, serta memperdalam hubungan dengan Sang Pencipta.
Dalam Islam, puasa memiliki posisi yang sangat penting sebagai bagian dari rukun Islam. Puasa Ramadan adalah ibadah wajib bagi umat Muslim, di mana mereka menahan diri dari makan, minum, serta hal-hal yang membatalkan puasa dari fajar hingga matahari terbenam. Selain menahan diri dari kebutuhan fisik, umat Muslim juga harus menjauhi perilaku negatif seperti berkata kasar, berbohong, atau bertengkar. Puasa bertujuan untuk melatih kesabaran, rasa syukur, serta menumbuhkan rasa takwa dan mendekatkan diri kepada Allah. Ramadan juga menjadi waktu khusus untuk memperbanyak ibadah dan merenungi makna kehidupan.
Bagi umat Kristen, terutama dalam tradisi Katolik dan Ortodoks, puasa juga memiliki makna spiritual yang mendalam. Salah satu puasa utama dilakukan selama masa Prapaskah, yaitu 40 hari menjelang Paskah. Masa ini adalah waktu untuk merefleksikan pengorbanan Yesus dan menebus dosa melalui pantang makanan tertentu, berdoa, dan merenung. Umat Kristen Katolik juga sering berpuasa pada hari Jumat, khususnya untuk mengenang penderitaan dan pengorbanan Yesus. Puasa dalam Kristen lebih ditekankan sebagai momen kontemplasi dan penyerahan diri pada kehendak Tuhan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam tradisi Hindu, puasa adalah bagian dari berbagai ritual keagamaan yang dilakukan pada hari-hari khusus. Contohnya, pada hari Ekadashi, hari ke-11 dalam kalender Hindu, umat Hindu sering berpuasa sebagai bentuk pengabdian dan pengendalian diri. Festival-festival seperti Navaratri dan Maha Shivaratri juga menjadi momen penting untuk berpuasa. Puasa dalam Hindu memiliki tujuan spiritual, yakni membersihkan pikiran dan tubuh, serta membantu individu mengatasi keinginan duniawi. Dengan berpuasa, umat Hindu berharap memperoleh restu dari para dewa dan memperbaiki karma mereka.
Agama Buddha juga mengajarkan puasa, terutama di kalangan biksu dan biksuni yang menjalani hidup dengan disiplin tinggi. Mereka biasanya berpuasa setelah makan siang hingga fajar esok harinya. Puasa dalam Buddha berfokus pada latihan pengendalian diri serta pembebasan dari keinginan fisik. Melalui puasa, mereka berusaha untuk mencapai pencerahan dan meningkatkan kesadaran batin.
Dalam tradisi Yahudi, puasa yang paling dikenal adalah Yom Kippur, hari penebusan dosa yang paling suci. Pada hari ini, umat Yahudi berpuasa selama 25 jam penuh sebagai bentuk pertobatan dan pembersihan dosa. Selain Yom Kippur, ada pula puasa lain seperti Tisha B’Av yang memperingati kehancuran Bait Suci Yerusalem. Bagi umat Yahudi, puasa merupakan cara untuk merenungkan kesalahan, meminta pengampunan dari Tuhan, serta memperbarui komitmen hidup yang lebih baik.
Meskipun aturan dan tujuan puasa bervariasi di berbagai agama, esensinya tetap sama: puasa adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada yang Ilahi, menumbuhkan pengendalian diri, dan mencapai kebersihan jiwa. Melalui puasa, individu dapat lebih memahami nilai spiritual dalam kehidupan, melatih kesabaran, dan mengembangkan rasa empati terhadap sesama. Ini juga merupakan bentuk ibadah yang memperkuat iman dan membawa ketenangan batin serta keseimbangan dalam hidup sehari-hari. (*)
*Reporter: Ibnu Qayyum Abdullah