PROFESI-UNM.COM– Mahasiswa Jurusan Matematika Universitas Negeri Makassar (UNM) menyelesaikan tugas akhir dari Mata Kuliah Umum Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Pancasila yang diampu oleh Fediyatun Muntazarah ini, lewat pengabdian simpati, Jumat (9/5).
Simpati adalah kegiatan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari hari, lewat pengabdian mahasiswa yang salah satunya berlangsung di Lapangan Syech Yusuf, Gowa. Dua zona lainnya yakni di dalam dan juga luar lingkup Kampus Sektor Parang Tambung.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Andi Buyung Nurrahmat Yusuf, mahasiswa Jurusan Matematika, menerangkan bahwa penerapan simpati dilakukan dengan membagi setiap individu dalam kelas ke dalam tiga kelompok. Masing-masing kelompok akan melakukan pengabdian di ruang lingkup yang berbeda.
“Kegiatan ini membangun program simpati di tiga lingkungan yang berbeda. Pertama, lingkungan kampus. Kedua, masyarakat sekitar kampus. Dan ketiga, lingkungan sekitar tempat tinggal,” terangnya.
Dari Seragam ke Jas Almamater, Ini Bekal Memulai Kuliah
Mahasiswa angkatan 2024 itu juga menjelaskan bahwa simpati berlangsung dalam dua bentuk, yaitu fisik dan non-fisik. Bentuk fisik diwujudkan melalui pemberian makanan dan minuman, sedangkan bentuk non-fisik berupa pemberian kata-kata penyemangat kepada para target kegiatan.
“Kegiatan fisiknya yang kami lakukan yaitu membagikan makanan dan minuman kepada orang-orang yang menurut kami terlihat kesulitan dan letih. Yang non fisik itu, dalam beberapa kotak yang kami bagikan kami sisipkan beberapa lembar kertas kecil yang berisi kata-kata motivasi,” jelasnya.
Tutupnya, Ia menuturkan bahwa lewat kegiatan ini, output yang dapat dirasaka langsung bersama rekan kelompoknya. Mereka langsung menerapkan rasa empati kepada sesama yang membutuhkan dukungan, serta semangat gotong royong saat berkolaborasi menyelesaikan tugas akhir.
“Hasil yang kami dapatkan dari kegiatan ini adalah nilai-nilai moral. Pertama, kepedulian — karena kegiatan ini menumbuhkan rasa peduli kepada semua orang. Kedua, gotong royong — kami belajar bekerja sama dalam tim dan membagi tugas masing-masing,” tuturnya.(*)
Repoter : Florencya Alnisa Christin