PROFESI-UNM.COM – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Makassar (UNM) menghadirkan penulis sekaligus aktivis pendidikan taman siswa, Ki Darmaningtyas sebagai pemateri pada Seminar Riset Nasional di Ballroom Teater Lt. 3 Menara Pinisi UNM, Kamis (28/11).
Ki Darmaningtyas ialah seorang penulis buku terkenal, salah satu bukunya yang berjudul “Melawan Liberalisasi Pendidikan” merupakan hasil dari kegelisahan beliau tentang Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP) No. 9 Tahun 2009 dan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).
Menurut beliau, pendidikan di Indonesia sangat rentan dikomersialisasi karena penduduknya sangat banyak dan jumlah orang yang berpendidikan sangat sedikit.
“Persentasi orang Indonesia yang bersekolah di usia 18-23 tahun hanya 32% dari total 100%. Tidak seperti di Negara Korea yang 100%,” katanya.
Komersialisasi pendidikan juga menjadikan pendidikan sebagai barang dagangan seperti bimbingan belajar (bimbel), kursus, atau privat untuk mencari keuntungan. Sistem seperti ini menyebabkan kerugian untuk bangsa Indonesia itu sendiri.
“Dulu pendidikan untuk mencerdaskan, sekarang banyak menjadi produk jasa yang diperdagangkan,” katanya.
Lalu, RSBI juga tak luput disinggung oleh beliau. Sistem tersebut membuat rugi Indonesia karena memakai produk hasil dari luar negeri.
“Kita pakai buku berbahasa Inggris. Secara tidak sadar kita membayar penulis, percetakan, dan juga distributornya. Kita bangsa Indonesia hanya sebagai konsumen saja.” tuturnya.
Setelah diriset dan dikaji oleh beliau dan orang-orang yang terlibat, sistem RSBI dihapus dan tidak lagi diperbarui.
Ki Darmaningtyas berharap, pendidikan di Indonesia segera membaik, pemerataan pendidikan khususnya di pedesaan dan daerah terpencil yang sulit dijangkau.
“Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terkemuka hanya terpusat di Pulau Jawa dan di perkotaan. Biaya kuliah yang mahal menyebabkan warga miskin dan pelosok pedesaan kesulitan.” katanya.
*Reporter: Azwar Anas/Editor: Andi Dela Irmawati