PROFESI-UNM.COM – Masalah sampah di bumi manusia ini telah menjadi ancaman besar bagi kelanjutan hidup segenap makhluk yang tinggal di dalamnya. Bukan karena bumi yang sudah tua, tetapi karena manusia itu sendiri yang tak piawai dalam merawat bumi sebagai tempatnya hidup, berkeluarga dan beranak-cucu.
Meski begitu, di tengah ketidakpedulian sekian banyak manusia tentang sampah di bumi yang akan membahayakan mereka, masih terdapat juga sebagian manusia lainnya yang menunjukkan kepeduliannya. Salah satu bentuk kepedulian itu yakni adanya gerakan Zero Waste yang dikampanyekan oleh Komunitas Zero Waste Nusantara (ZWN). Komunitas yang terbentuk pada Mei 2018 ini mengkampanyekan berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk meminimalisasi produksi sampah.
Salah satu dosen Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM), Chairil Anwar Korompot mengatakan juga turut mendukung gerakan Zero Waste ini. Sebagai bentuk dukungannya, ia membuat aturan khusus kepada mahasiswa apabila dirinya dipilih sebagai dosen penguji dalam ujian skripsi maupun tesisnya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam aturan khusus yang disebarkan pada 19 Maret lalu melalui pesan whatsapp kepada mahasiswa tersebut disebutkan sebagai berikut:
- Tidak menyiapkan naskah hardfile (hasil fotocopy) proposal/skripsi/tesis. Sebagai gantinya yakni mengirimkan file PDF naskah proposal/skripsi/tesisnya serta hasil scan undangan melalui e-mail ke cakorompot@unm.ac.id
- Tidak menyiapkan makanan/penganan dan minuman yang dikemas dalam bungkusan plastik. Sebagai gantinya boleh menyiapkan makanan di atas bosara berpenutup
- Mengabari melalui whatsapp atau SMS beberapa hari sebelum ujian dilaksanakan.
“Mulai bulan lalu saya melarang mereka buatkan saya fotocopian karena boros kertas. Saya mendukung gerakan Zero Waste dan sangat khawatir dengan banyaknya produk plastik sekali pakai yang kita gunakan di kampus, mulai dari baliho hingga konsumsi,” kata dosen yang akrab disapa Pak Ling ini.
Melalui aturan khusus tersebut, Pak Ling mengungkapkan bahwa ia ingin mengajarkan kepada mahasiswa untuk menyayangi lingkungan. Menurutnya, ini adalah cara sederhananya untuk membalas kebaikan yang telah bumi berikan. Selain aturan tersebut, langkah lain yang dilakukan oleh dosen Jurusan Bahasa Inggris ini yakni mendaur ulang semua bahan plastik yang terpaksa digunakannya, menyediakan wadah untuk belanjaan di mobil, membawa botol minuman sendiri, menolak makan di warung yang mengharuskan membeli minuman kemasan plastik dan menolak diberi kantong plastik untuk belanjaan di toko.
“Berapa banyak pohon di hutan yang harus ditebang untuk semua proposal dan tesis kita? Harus sebanyak apa partikel plastik di tubuh kita baru kita sadar dan berhenti gunakan plastik sekali pakai? Tidak enak rasanya berbuat tidak baik kepada bumi yang sudah memberikan kita segalanya. This is the least I can do to give back,” ungkap Pak Ling.
Dosen asal Manado ini berharap, gerakan Zero Waste ini menjadi gerakan yang didukung dan dijalankan oleh mahasiswanya. Serta mahasiswanya tersebut juga mampu mengajak generasi berikutnya untuk mendukung gerakan tersebut.
“Sebagai pendidik calon guru, saya berharap ini jadi gerakan yang didukung dan dijalankan oleh mahasiswa saya, dan mereka mampu menularkannya kepada anak didiknya nanti hingga sampai kepada generasi masa depan,” harapnya. (*)
*Reporter: Andi Dela Irmawati