Keberagaman Gender Masih Pro Kontra

Avatar photo

- Redaksi

Jumat, 14 Oktober 2022 - 23:32 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

PROFESI-UNM.COM – Mayoritas masyarakat saat ini masih menolak adanya gender selain perempuan dan pria. Namun permasalahannya kemudian orang-orang yang mengaku sebagai non-biner atau bergender netral akan ditolak keberadaannya termasuk dalam hal mendapatkan pendidikan.

Hal ini pun menjadi perdebatan antar berbagai pihak, pihak yang mendukung penolakan ini berpendapat kalau memiliki gender selain pria dan perempuan merupakan penyimpangan seksual sehingga harus ditolak. Sedangkan pihak yang menolak adanya diskriminasi ini menyebut setiap manusia memiliki hak untuk berekspresi dan menyatakan seperti apa dirinya.

Salah satu mahasiswa bernama Rahma mengatakan masyarakat harus mendapat banyak informasi soal pemahaman apa itu gender. Karena memang ada orang-orang disekitar kita yang tidak ingin diidentifikasi sebagai laki-laki maupun perempuan. Walaupun non-binary memang dianggap melenceng dari pengetahuan agama dan norma.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Dia mengaku netral ki, na rasakan keduanya. Terkait itu memang bagus sekali dikaji. Tapi kalau mau ki kaji terkait gender menurutku tidak akan ada habisnya. Selalu pasti ada pertentangan, ada yang pro dan kontra. Sekarang sudah ada beberapa kasus yang mencuat ke permukaan dan mereka mengaku,” ungkapnya.

Menurut Rahma, fenomena identitas seksual ini harus disikapi dengan bijak dan tidak berlebihan. Identitas seksual ini bukan penyakit, bukan sampah yang harus di hindari atau kejahatan. Hak dasar sebagai manusia harus dipenuhi dan jangan dijadikan sasaran kebencian atau bahkan sasaran assault.

Baca Juga :  Himatika FMIPA UNM Akan Gelar Seminar Nasional Matematika

“Ruang berekspresi untuk gender netral ini yang paling menonjol adalah di ruang virtual atau media sosial. Cukup banyak komunitas-komunitas yang berinteraksi lewat ruang virtual di mana mereka bisa mengekspresikan identitas gendernya,” sambungnya.

Senada dengan hal tersebut, Menteri Sosial dan Politik BEM Psikologi, Muhammad Rifqi Fathurrahman mengatakan penolakan yang terjadi membuat orang yang memiliki gender berbeda dengan mayoritas masyarakat menjadi lebih tertutup di kehidupan nyata namun mereka lebih terbuka di media sosial.

“Contohnya seperti seorang dokter yang mengaku sebagai gay yang memberikan edukasi mengenai kesadaran kesehatan seksual di media sosial walaupun ada saja yang menghujat tapi ada pula yang merespon positif,” katanya.

Dalam kacamata sosiologi sendiri penentuan gender digariskan oleh individu dan tidak ada hubungannya dengan faktor biologis. Menentukan  gender bukan hanya berdasarkan jenis kelamin namun bagaimana orang memandang atau mengorientasikan diri didalam kehidupan sehari harinya dan ada banyak bentuknya.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Program Studi Sosiologi, Idham Irwansyah Idrus. Maka dengan demikian, disrikiminasi terhadap identitas gender dan orientasi seksual orang lain tidak dibenarkan dalam sosiologi

Baca Juga :  [OPINI] 70 Tahun Kontribusi Kalla dalam Pembangunan Pendidikan di Indonesia Timur

“Gender itu tidak berhubungan dengan faktor biologis tapi itu adalah orientasi seseorang ketika orang melihat dirinya diantara dua perilaku, perilaku sebagai laki-laki dan perempuan,” ungkapnya saat ditemui langsung oleh reporter Profesi.

Dosen Psikologi Sosial, Muhammad Rajan Piara, sendiri tidak membenarkan maupun menyalahkan individu yang menyuarakan minoritas identitas gender maupun orientasi seksualnya. Walau di kampus tidak ada aturan soal itu namun masyarakat memiliki pandangan tersendiri.

“Mungkin secara aturan tidak ada larangannya, tapi apakah itu sudah dapat diterima masyarakat secara umum atau belum. Karena pada akhirnya yang akan menerima efek negatifnya anda sendiri,” ujarnya.

Menurutnya masyarakat kita masih menganut erat adat istiadat dan norma agama. Kalaupun Keragaman identitas gender dan LGBT dilegalkan, tidak menutup kemungkinan cemooh dan hinaan masyarakat masih dapat menerpa kalangan mereka.

“Dan berapa puluh tahun kedepan pun mungkin tidak akan sama dengan yang terjadi di barat sana. Norma agama kita terlalu kuat,” ujar Rajan saat ditemui di ruangannya di Fakultas Psikologi UNM. (*)

Reporter: Tim

Berita Terkait

Pedagang Manfaatkan Momen Wisuda UNM untuk Raup Rezeki
Tingkatkan Kompetensi Guru Yayasan Khairu Ummah Melalui Pelatihan Gamifikasi
Konferensi Internasional Persatuan Jerman Indonesia (iKoniG) ke-6 Sukses Dilaksanakan
Rektor Universitas Negeri Makassar Sambut Kehadiran Profesor Kehormatan
Mengenal Para Pejuang Kemerdekaan Indonesia
Momen-Momen Penting Perjuangan Kemerdekaan Indonesia hingga Proklamasi 17 Agustus 1945
Sejarah Baru! Pencanangan UNM sebagai Zona Integritas Anti Korupsi Dihadiri Seluruh Civitas Akademika UNM
Wujudkan Zona Anti Korupsi, Rektor UNM: Tak Boleh Ada Amplop
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 23 Januari 2025 - 23:31 WITA

Pedagang Manfaatkan Momen Wisuda UNM untuk Raup Rezeki

Minggu, 10 November 2024 - 15:46 WITA

Tingkatkan Kompetensi Guru Yayasan Khairu Ummah Melalui Pelatihan Gamifikasi

Sabtu, 19 Oktober 2024 - 19:43 WITA

Konferensi Internasional Persatuan Jerman Indonesia (iKoniG) ke-6 Sukses Dilaksanakan

Jumat, 27 September 2024 - 19:17 WITA

Rektor Universitas Negeri Makassar Sambut Kehadiran Profesor Kehormatan

Sabtu, 17 Agustus 2024 - 01:03 WITA

Mengenal Para Pejuang Kemerdekaan Indonesia

Berita Terbaru

Pendidikan Sejarah

Pameran Sejarah Jadi Wadah Edupreneurship dan Wisata

Kamis, 8 Mei 2025 - 02:21 WITA

Fakultas Psikologi

Tim BKP Fakultas Psikologi Gelar Psikoedukasi Sex Education di PAUD Kartini

Kamis, 8 Mei 2025 - 02:00 WITA

Himanis

UMKM Fest Wadah Promosi dan Pemberdayaan UMKM Lokal

Rabu, 7 Mei 2025 - 02:27 WITA