PROFESI-UNM.COM – Nggak semua pertemanan bikin nyaman. Meskipun tampak akrab lewat tawa bareng di kantin atau kerja kelompok, ternyata di balik itu kadang tersembunyi dinamika yang nggak sehat. Nyatanya, friendship toxic tetap bisa terjadi, bahkan di lingkungan kampus yang sering disebut seru dan penuh solidaritas.
Kenali Tanda-tandanya
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Kalau kamu mulai merasa terkuras secara emosional atau kehilangan rasa percaya diri setelah bergaul dengan seseorang, bisa jadi itu bukan pertemanan yang sehat. Ini beberapa tanda umum yang perlu kamu waspadai:
Selalu kamu yang minta maaf, walau nggak salah.
Pertemanan seharusnya setara, bukan bikin kamu terus merasa bersalah.
Merendahkanmu di depan orang lain.
Bercanda boleh, tapi kalau terus jadi bahan ejekan dan bikin kamu nggak nyaman, itu udah kelewatan.
Kontrol berlebihan.
Dia marah kalau kamu nongkrong sama teman lain? Atau harus selalu ikut keputusannya? Hati-hati, itu bukan loyalitas, tapi manipulasi.
Minim dukungan.
Alih-alih mendukung, dia malah sering bikin kamu ragu sama kemampuan sendiri.
Cara Jaga Diri
Kalau kamu mulai menyadari ada yang nggak beres dalam pertemanan, ini beberapa hal yang bisa kamu lakukan:
Berani pasang batas.
Nggak perlu takut terlihat jahat saat kamu bilang “nggak”. Menjaga diri sendiri bukan egois.
Jangan takut menyaring lingkaran sosial.
Teman yang baik nggak akan bikin kamu kehilangan jati diri. Kalau lingkunganmu mulai bikin kamu ragu padamu sendiri, mungkin kamu butuh ruang baru.
Cari support system yang sehat.
Bangun relasi dengan orang-orang yang bisa nerima kamu apa adanya dan saling mendukung untuk berkembang.
Pertimbangkan bicara ke konselor kampus.
Banyak universitas punya layanan konseling gratis. Jangan ragu manfaatkan itu kalau kamu butuh tempat curhat yang aman.
Ingat, pertemanan yang sehat harus saling dukung dan tumbuh bersama. Kalau sebuah hubungan justru menguras energi, kamu berhak mundur dan melindungi dirimu sendiri. Kampus adalah tempat kamu belajar, bukan tempat membiarkan dirimu terluka oleh relasi yang toxic.(*)
*Reporter: Nurul Aenun Mardia