PROFESI-UNM.COM – Mahasiswa Kuliah Kerja Profesi (KKP) Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM) kelompok 13 menggelar webinar untuk masyarakat umum, Sabtu (22/10) lalu. Webinar ini mengangkat tema Dyslexia, dengan judul “Dyslexia pada Anak Prasekolah dan Sekolah”.
Tema ini diangkat sebagai bentuk pengabdian mahasiswa terhadap dunia Dyslexia. Kegiatan dihadiri lebih dari 200 peserta yang terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari Mahasiswa, Ibu Rumah Tangga (IRT), Guru, Psikolog, Dosen dan juga Dokter.
Webinar diisi dengan pengenalan Dyslexia, Sharing session, dan sisi tanya jawab. Webinar dibawakan oleh Dosen FPsi UNM, Haerani Nur dan Psikolog Neurodevelopmental and Behavioral Pediatric Center Makassar, Paras Putri Ramadhani serta mahasiswa KKP sebagai Panita dan Moderator webinar.
Wilda Ansar, selaku Dosen Pembimbing kelompok KKP merasa kegiatan ini sangat bermanfaat bagi orangtua dan guru dalam menepis stereotype terhadap anak dyslexia. Terkadang masyarakat bahkan orangtua malah memberi label buruk dengan menyebut anak bodoh.
“Kegiatan ini sangat berguna, sebab masih banyak yang awam dengan istilah ini. Sehingga edukasi terkait berbagai hambatan pada anak sangat perlu untuk disampaikan,” jelas Wilda Ansar, Dosen Pembimbing KKP.
WP (Inisial), IRT yang merupakan salah satu peserta webinar mengutarakan kesenangan dan rasa syukur terkait penjelasan masalah labeling pada anak dyslexia. Webinar ini membuat WP lebih terbuka dan tidak cepat mengatakan anak bodoh.
“Webinar ini sangat membuka wawasan saya terkait keberadaan anak dengan gangguan sepsifik dan bisa jadi anak saya yang mengalami keterlambatan membaca dibanding temannya juga mengalami dyslexia,” tuturnya.
Andreas Pasunda, salah satu mahasiswa KKP yang merupakan moderator acara mengungkapkan rasa syukur dan kepuasannya terhadap terselenggaranya acara webinar dengan lancar dan penuh antusias dari peserta. Antusiasme peserta termanifestasikan melalui beragam sudut pandang pertanyaan.
“Saya sangat puas dengan adanya kegiatan webinar ini, kedepannya saya harap masyarakat bisa melepas label bodoh pada anak yang memiliki ciri nampak dyslexia,” ungkapnya.
Anita Ramadhani, mahasiswa KKP yang menjadi panitia webinar mengungkapkan tujuan dari webinar ini.Webinar diharapkan mampu memberikan informasi yang lebih jelas kepada masyarakat, bukan hanya sekedar menjudge anak-anak dyslexia itu bodoh atau memiliki intelektual yang rendah.
“Karena dyslexia adalah gangguan belajar spesifik yang ditandai dengan IQ yang normal atau bahkan diatas rata-rata, namun kesulitan dalam melakukan instruksi atau kegiatan tertentu.” tutup Panitia Webinar, Anita Ramadhani.
Webinar ini dirangkaikan dengan kegiatan Sharing Session oleh kelompok 12 KKP. (*)
*Rerporter: Annisa Asy Syam. A