
PROFESI-UNM.COM – Abdullah Pandang menjadi salah satu pemateri dalam kegiatan talkshow kesehatan mental di era Artificial Intelligence (AI) yang diselenggarakan oleh UPT LBK UNM Minggu (8/12) menyampaikan materi dampak buruk ketergantungan AI pada manusia.
Abdullah Pandang mengungkapkan bahwa AI memiliki sisi positif dan negatif. Positifnya adalah AI dapat mempermudah urusan manusia, namun di balik itu AI juga berdampak negatif yang menyebabkan ketergantungan, manusia tidak lagi menggunakan otaknya sendiri dalam melakukan sesuatu, tetapi menggunakan otak AI.
“AI itu membuat urusan manusia menjadi lebih cepat. Namun, negatinya adalah kadang-kadang manusia tidak lagi menggunakan otak sendiri, otak asli tidak bekerja tetapi yang bekerja otak AI, nalar kritisnya sudah hilang karena yang bekerja adalah mesin,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Guru Besar Bimbingan dan Konseling ini menyampaikan beberapa dampak buruk yang disebabkan oleh AI terhadap anak zaman sekarang diantaranya adalah mudah putus asa dan kecewa, bicara ceplas ceplos, suka menyendiri, tidak bisa bekerja sama, dan daya ingat rendah.
“AI menyebabkan anak-anak zaman sekarang mudah menyerah, ketika dia ingin menyelesaikan masalah sendiri dan tidak diselesaikan oleh mesin, dia akan mudah menyerah karena selama ini dia selalu ketergantungan oleh AI. Selain itu, bicaranya ceplas ceplos karena katanya ini meniru pola komunikasi komputer yang to the point,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ia menuturkan bahwa manusia sekarang sudah dikendalikan oleh AI. Hal ini dapat dilihat dari ketergantungan manusia yang tidak bisa lepas dari Handphone dan menggunakan AI untuk menjawab semua masalahnya.
“Sangat mudah mengetaui apakah kita yang mengendalikan AI atau kita yang dikendalikan oleh AI, jika kita sudah tidak bisa lagi hidup tanpa handphone dan segala sesuatunya harus dijawab oleh AI maka kita sudah dikendalikan,” tuturnya.
Terakhir, Abdullah Pandang menuturkan jika fenomena ini dibiarkan terus menerus maka tidak akan membantu seseorang untuk mencapai tujuan, berkembang, atau memiliki keberadaan yang berarti dalam hidup.
“Kalau semua ini dibiarkan tidak akan menolong anda untuk menjadi manusia yang eksis,” tuturnya. (*)
*Reporter: Novita Febriyanti/Editor: Elsa Amelia