PROFESI-UNM.COM – Tekanan akademik, tuntutan organisasi, hingga urusan pribadi menjadi tantangan yang kerap membebani kesehatan mental mahasiswa. Sayangnya, masih banyak yang menganggap stres sebagai hal biasa dan memilih untuk diam. Padahal, menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga nilai IPK.
Berbagai studi menunjukkan bahwa mahasiswa rentan mengalami stres, kecemasan, bahkan depresi ringan akibat tekanan lingkungan kampus yang kompetitif. Terlebih ketika mereka merasa harus selalu “berhasil” di segala aspek kuliah, organisasi, keluarga, dan sosial.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Beberapa kampus telah merespons isu ini dengan menghadirkan layanan konseling gratis. Namun, tidak semua mahasiswa merasa nyaman memanfaatkannya. Di sisi lain, saling mendukung antar teman sebaya dan menciptakan lingkungan yang inklusif juga jadi solusi yang sangat dibutuhkan.
Kegiatan sederhana seperti journaling, olahraga ringan, mengatur waktu istirahat, atau sekadar berbicara dengan teman dekat dapat membantu menjaga kondisi mental tetap stabil. Mahasiswa juga bisa mengakses aplikasi kesehatan mental seperti Riliv, Mindtera, atau Moodpath sebagai alternatif awal.
Sudah saatnya kampus dan mahasiswa menyadari bahwa sehat mental adalah bagian dari prestasi. Bukan hanya soal kuat menahan beban, tapi juga berani mencari bantuan saat butuh. Karena kuliah yang sehat, bukan hanya soal lulus tapi juga tetap waras.
Lebih jauh, penting juga bagi dosen dan tenaga pendidik untuk memiliki kepekaan terhadap sinyal-sinyal mahasiswa yang mengalami tekanan mental. Sikap suportif, kebijakan akademik yang fleksibel, dan komunikasi dua arah antara dosen dan mahasiswa dapat mencegah munculnya beban yang berlebihan.
Selain itu, kampus idealnya menyediakan ruang terbuka yang bisa digunakan mahasiswa untuk “rehat sejenak”, baik berupa taman, ruang hening, atau bahkan ruang aktivitas kreatif. Fasilitas semacam ini bisa membantu mahasiswa menyalurkan stres ke hal-hal yang lebih positif.
Jika isu kesehatan mental terus diabaikan, bukan tidak mungkin akan muncul generasi yang cerdas secara akademik, tapi rapuh secara emosional. Maka menjaga kesehatan mental harus menjadi bagian dari sistem pembelajaran itu sendiri, bukan tambahan, tapi kebutuhan. (*)
*Reporter: Nur Mardatillah
Penulis : UNM, Mahasiswa, Profesi, Lingkungan, Mental