PROFESI-UNM.COM -Idul Adha merupakan salah satu hari raya besar dalam Islam yang dirayakan pada tanggal 10 Dzulhijjah setiap tahun. Hari ini memperingati peristiwa penting dalam sejarah Islam, yaitu pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan ketaatan Nabi Ismail AS kepada perintah Allah SWT. Sebelum melaksanakan shalat Idul Adha, terdapat beberapa sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan. Sunnah-sunnah ini tidak hanya menambah pahala, tetapi juga memperkaya pengalaman spiritual dalam menyambut hari raya.
1. Mandi dan Bersuci
Sunnah pertama yang dianjurkan adalah mandi besar atau ghusl sebelum berangkat menuju tempat pelaksanaan shalat Idul Adha. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Malik dalam Al-Muwaththa’, disebutkan bahwa Ibnu Umar mandi pada hari Idul Fitri sebelum pergi ke tempat shalat:
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“عن نافع، أن عبد الله بن عمر كان يغتسل يوم الفطر، قبل أن يغدو إلى المصلى”
Hadits ini menunjukkan kebiasaan para sahabat dalam membersihkan diri sebelum menghadiri shalat Id. Mandi ini bertujuan untuk menyucikan diri dan mempersiapkan secara fisik untuk menyambut hari raya.
2. Memakai Pakaian Terbaik
Setelah mandi, dianjurkan untuk memakai pakaian terbaik yang dimiliki. Nabi Muhammad SAW selalu mengenakan pakaian yang terbaik dan paling bersih saat hari raya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, disebutkan:
“كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَأْمُرُ أَصْحَابَهُ فِي الْعِيدَيْنِ أَنْ يَلْبَسُوا أَحْسَنَ مَا عِنْدَهُمْ وَيَتَطَيَّبُوا بِأَطْيَبِ مَا عِنْدَهُمْ”
Artinya: “Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya untuk mengenakan pakaian terbaik yang mereka miliki dan menggunakan wewangian terbaik pada hari raya.”
3. Memotong Kuku dan Mencukur Rambut
Menjaga kebersihan diri sebelum shalat Idul Adha juga meliputi memotong kuku dan mencukur rambut jika diperlukan. Ini merupakan bagian dari sunnah fitrah yang dianjurkan untuk dilakukan secara rutin. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ: الْخِتَانُ، وَالاِسْتِحْدَادُ، وَتَقْلِيمُ الأَظْفَارِ، وَنَتْفُ الإِبْطِ، وَقَصُّ الشَّارِبِ”
Artinya: “Lima hal yang termasuk fitrah: khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan mencukur kumis.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
4. Mengumandangkan Takbir
Takbir adalah seruan kebesaran Allah yang dikumandangkan sejak malam Idul Adha hingga sebelum shalat dimulai. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ”
Artinya: “Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah: 185)
Rasulullah SAW bersabda: “Hiasilah hari rayamu dengan takbir.” Mengumandangkan takbir tidak hanya dilakukan di masjid, tetapi juga di rumah, di jalan, atau di tempat-tempat umum lainnya.
5. Berjalan Kaki ke Tempat Shalat
Jika memungkinkan, berjalan kaki menuju tempat pelaksanaan shalat Idul Adha juga termasuk sunnah yang dianjurkan. Nabi Muhammad SAW selalu berjalan kaki ke tempat shalat Id dan mengambil rute yang berbeda saat pulang. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, disebutkan:
“كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ النَّحْرِ إِلَى الْمُصَلَّى، فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلاَةُ”
Artinya: “Rasulullah SAW keluar pada hari Idul Fitri dan Idul Adha menuju tempat shalat. Hal pertama yang beliau lakukan adalah shalat.”
6. Tidak Makan Sebelum Shalat
Berbeda dengan Idul Fitri, pada Idul Adha dianjurkan untuk tidak makan sebelum shalat. Nabi Muhammad SAW biasanya baru makan setelah melaksanakan shalat Id dan setelah menyembelih hewan kurban. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Tirmidzi, disebutkan:
“كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ، وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ”
Artinya: “Rasulullah SAW tidak keluar pada hari Idul Fitri sampai beliau makan, dan beliau tidak makan pada hari Idul Adha sampai beliau kembali (dari shalat).”
7. Membawa Sajadah atau Alas Shalat
Dalam beberapa situasi, terutama jika shalat Idul Adha dilakukan di tempat terbuka seperti lapangan, dianjurkan untuk membawa sajadah atau alas shalat sendiri. Hal ini untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan selama melaksanakan shalat.
8. Melakukan Shalat Id di Tempat Terbuka
Sunnah lainnya adalah melaksanakan shalat Idul Adha di tempat terbuka seperti lapangan atau tanah lapang. Ini mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW yang lebih sering melaksanakan shalat Id di tanah lapang kecuali jika ada alasan tertentu seperti cuaca buruk. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, disebutkan:
“كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَخْرُجُ إِلَى الْمُصَلَّى فِي الْعِيدَيْنِ”
Artinya: “Nabi SAW selalu keluar menuju tempat terbuka untuk shalat Id.”
9. Mendengarkan Khutbah
Setelah shalat Id, biasanya akan ada khutbah yang disampaikan oleh imam atau khatib. Mendengarkan khutbah ini adalah bagian dari sunnah yang sangat dianjurkan. Khutbah biasanya berisi nasihat, pengingat, dan ajakan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, disebutkan:
“كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَخْطُبُ بَعْدَ الصَّلاَةِ فِي الْعِيدَيْنِ”
Artinya: “Nabi SAW biasa berkhutbah setelah shalat Id.”
10. Menyembelih Hewan Kurban
Sunnah terakhir yang sangat penting pada Idul Adha adalah menyembelih hewan kurban. Menyembelih hewan kurban merupakan sunnah muakkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan bagi mereka yang mampu. Hewan kurban dapat berupa kambing, domba, sapi, atau unta, dan dagingnya dibagikan kepada yang membutuhkan, tetangga, dan kerabat. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ”
Artinya: “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.” (QS. Al-Kautsar: 2)
Dengan melaksanakan sunnah-sunnah ini, umat Muslim dapat mempersiapkan diri secara spiritual dan fisik untuk menyambut Idul Adha dengan penuh kebahagiaan dan rasa syukur. Sunnah-sunnah ini juga membantu mempererat hubungan sosial dan meningkatkan rasa solidaritas di antara sesama Muslim. (*)
*Reporter: Firmansyah