PROFESI-UNM.COM – Lingkaran pertemanan dalam kelas, “circle” bisa menjadi fenomena yang kompleks. Di satu sisi, ia bisa menciptakan rasa kebersamaan dan dukungan antarteman.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, di sisi lain, circle juga berpotensi menimbulkan perasaan terisolasi dan terkucilkan. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana mengatasi situasi ini, baik bagi mereka yang berada di dalam maupun di luar circle tersebut.
Bagi mereka yang merasa terisolasi, langkah pertama adalah mengenali dan menerima perasaan tersebut. Jangan menampik atau mengabaikan emosi negatif yang mungkin muncul, seperti kesepian atau kecemburuan.
Setelah itu, fokuslah pada kekuatan diri sendiri. Kembangkan hobi, bergabunglah dengan klub atau organisasi kampus yang sesuai minat, atau aktiflah dalam kegiatan ekstrakurikuler. Ini akan membantu membangun rasa percaya diri dan memperluas jaringan pertemanan di luar circle yang ada.
Kemudian Jangan takut untuk memulai percakapan dengan orang lain, bahkan jika hanya percakapan singkat tentang pelajaran atau kegiatan kampus. Sikap ramah dan terbuka akan menarik orang lain untuk berinteraksi.
Bergabung dengan kelompok belajar atau proyek kelompok juga bisa menjadi cara efektif untuk berinteraksi dengan teman sekelas yang berbeda. Dalam konteks kerja sama, perbedaan latar belakang dan kepribadian justru dapat menjadi kekuatan.
Melalui kolaborasi, Anda bisa membangun hubungan yang lebih berarti dan menemukan teman-teman baru yang memiliki kesamaan minat atau tujuan. Ingat, tidak semua pertemanan harus intens dan mendalam.
Hubungan yang lebih kasual dan bersifat saling menghormati juga penting untuk menciptakan suasana kelas yang inklusif.
Bagi mereka yang berada di dalam circle, penting untuk menyadari potensi dampak negatif yang ditimbulkan oleh eksklusivitas. Cobalah untuk lebih inklusif dan ramah kepada teman sekelas yang berada di luar circle.
Ajakan untuk bergabung dalam kegiatan bersama, atau sekadar obrolan ringan, bisa membuat perbedaan besar bagi mereka yang merasa terisolasi. Ingatlah bahwa persahabatan yang sehat dibangun di atas saling menghargai dan menghormati perbedaan.
Membangun sebuah lingkungan kelas yang positif dan mendukung semua anggota kelas adalah tanggung jawab bersama.
Terakhir, mengatasi masalah circle di kelas membutuhkan kesadaran diri dan empati dari semua pihak. Dengan saling memahami dan menghargai, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif dan inklusif bagi semua siswa.(*)
*Reporter: Rahmat Hidayat