
PROFESI-UNM.COM – Himpunan Mahasiswa Administrasi Pendidikan (HIMA AP) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar (FIP UNM) mengangkat tema Keperempuanan pada talkshow yang mereka selenggarakan. Kegiatan ini dilaksanakan di Gedung Convention Hall Fakultas FIP, Sabtu (2/3).
Talkshow ini mempunyai judul ‘The Role of Women In Global Achievement’. Adapun narasumber yang dihadirkan yakni Nanin Sudiar yang merupakan kabid kualitas hidup perempuan, Anggun Batary seorang influencer dan terakhir ada Hasmyati Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK).
Berikut perumusan materi ketiga narasumber talkshow Keperempuanan kali ini
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
1. Nanin Sudiar, banyak Perempuan hebat, berkualitas dan cerdas, akan tetapi meraka membatasi diri mereka. Seperti halnya perempuan yang sudah menikah, mereka membatasi dirinya untuk memulai hal yang baru.
Hal ini dikarenakan mereka berpikir bahwa tugas mereka hanya dirumah, didapur, dikasur dan disumur kalau kata orang tua dahulu. Terdapat salah satu budaya lokal yang menegaskan bahwa Laki-laki merupakan seorang pemimpin, sehingga Laki-laki yang didahulukan.
2. Anggu Batary, terdapat satu pesan dari Anggu Batary yaitu “Jangan tunggu sempurna lalu memulai, tetapi memulailah untuk terlihat sempurna,”. Kita tidak perlu mendengar pendapat orang lain tentang apa yg sudah kita berikan.
Meskipun belum sempurna, akan tetapi kita perlu berani memulainya. Kalau jatuh, bangkit lagii karna bisa saja saat kamu terjatuh itu adalah suatu peluang atau cara agar kamu bisa mendapatkan sesuatu yg kamu inginkan.
3. Hasmyati, menjadi seorang Perempuan harus mempunyai komitmen, jika kita punya keyakinan yang tinggi pasti semua akan terwujud. Jangan mau untuk ditindas oleh Laki-laki, akan tetapi bukan berarti juga bahwa kita harus melawan Laki-laki.
Ketua Penitia, Fidah berharap Melalui Talkshow Keperempuanan ini baik Perempuan maupun Laki-laki dapat menjalankan peran dan tugasnya masing-masing. Selain itu, perlu meningkatkan kualitas diri dan pola pikir yang lebih terarah dan terencana.
“Baik perempuan maupun Laki-laki sadar akan tugas dan peranya masing-masing, sehingga tidak ada lagi yang namanya budaya patriarki,” harapnya. (*)
*Reporter: Firmansyah