[Sivitas Menulis] Polemik Dibalik Megahnya Gedung 17 Lantai

Avatar photo

- Redaksi

Rabu, 27 November 2019 - 18:05 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

PROFESI-UNM.COM – Kampus adalah tempat dimana seseorang yang ingin melanjutkan pendidikan setelah tamat dari sekolah menengah atas, yang dimana di fase ini biasanya menjadi acuan dalam mencari persiapan sebelum melangkah ke dunia kerja. Kampus menjadi wadah bagi mereka yang ingin merasakan apa dan bagaimana hiruk-pikuk menjadi seseorang yang berstatus mahasiswa, dimana seseorang menemukan berbagai pelajaran, pengalaman hingga kebenaran yang selama ini ditutupi.

Dalam pengertian modern, kampus berarti sebuah kompleks atau daerah tertutup yang merupakan kumpulan gedung-gedung universitas atau perguruan tinggi. Nah, di Makassar sendiri, salah satu kampus yang menjadi icon dari kota makassar adalah kampus yang dikenal dengan bangunan phinisinya.

Yah, kampus yang memiliki bangunan phinisi itu adalah Universitas Negeri Makassar yang terletak di berbagai titik yang memiliki pusat operasional di jalan Andi Pangeran Pettarani Makassar. Dibalut dengan sebuah gedung tinggi yang menjadi icon kota Makassar adalah sebuah kebanggan tersendiri bagi UNM  tentunya. UNM sendiri selain dikenal sebagai kampus pencetak tenaga pendidik, juga dikenal akan gedung megahnya itu.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di balik bangunan tinggi tersebut, banyak polemik yang tampaknya tertutupi dengan megahnya bangunan phinisi berlantai 17 itu. Salah satunya adalah dinamika fasilitas yang ada di Fakultas Ilmu Sosial sendiri, dimana akses menuju ke FIS sendiri belum bisa dikatakan sebagai akses kampus yang berbasis negeri, itu tidak terlepas dari aksesnya yang berlubang dan penuh dengan pasir.

Ditambah lagi permasalahan parkir yang disediakan berbanding 1:3 dengan kendaraan mahasiswa, tidak mungkin juga mahasiswa parkir dengan amburadul jika lahan parkir memang memadai.Pihak Birokrasi sendiri menerima mahasiswa yang begitu banyak akan tetapi fasilitas dari segi lahan parkir saja tidak diperadakan sebagaimana mestinya.

Memasuki lingkup FIS, maka anda akan mendapatkan pemandangan dari sebuah pondasi tua yang sudah ditumbuhi semak belukar. Pondasi tua itu katanya pondasi untuk kelas baru di FIS akan tetapi malah dijadikan pondasi abadi saja.

Baca Juga :  Mengenal Kearifan Lokal Budaya Suku Kajang di Bulukumba

Berjalan memasuki taman FIS, disitu anda akan merasakan kenyamanan atas kerindangan pepohonan serta disediakannya gasebo – gasebo untuk bercanda gurau meskipun hanya beberapa gasebo saja yang layak pakai saat ini. Selain gasebo, juga disediakan kolam kecil yang sangat fenomenal dikarenakan tidak berisikan air melainkan berisi pasir, mungkin pihak birokrasi ingin tampil beda atau ingin dikatakan sebagai penemu kolam pasir di jagat raya ini.

Terkait fasilitas umum di lingkup  FIS, salah dua fasilitas yang menjadi sorotan setiap tahunnya, itu adalah ruang kelas dan toilet umum. Ruang kelas di FIS sendiri sangatlah bagus serta lumayan luas juga, hanya saja fasilitas di dalamnya sangat tidak layak, setiap kelasnya telah disediakan kipas angin serta beberapa buah AC.

Kipas angin yang ada juga memiliki kecepatan berputar tiga tingkatan diatas kecepatan lari kura – kura sehingga menimbulkan kenyamanan yang tidak diinginkan. Selain kipas angin, di dalam kelas juga disediakan beberapa buah AC, tapi AC tersebut jika dinyalakan maka kedinginannya jauh dibawah sikap dinginnya seorang wanita yang pemalu.

Alibi menjadi pendingin ruangan, AC tersebut hanya menjelma sebagai hiasan ruangan saja, seperti namanya AC ( Accessories). Fasilitas lainnya yang juga tidak kalah menarik perhatian adalah toilet umum, di FIS sendiri disediakan 3 titik toilet tapi toilet tersebut sangatlah kotor dan masuk dikategori tidak layak pakai sehingga masyarakat FIS terutama kaum hawa harus berjalan menuju toilet mesjid, perpustakaan dan bahkan toilet gedung bahasa arab. Ada pepatah yang mengatakan bahwa “kebersihan adalah bagian dari iman”, sepertinya pepatah itu tidak berlaku bagi pihak birokrasi karena melihat kondisi toilet umum di FIS saat ini.

Baca Juga :  [Sivitas Menulis] Lingkaran Paskah Sebagai Perayaan Iman Katolik

Mungkin pihak birokrasi menganggap ini hanya sebuah lelucon saja, tapi bagi mahasiswa ini adalah sebuah penindasan secara tidak langsung. Selain kampus yang berbasis negeri, banyak hal yang membuat mahasiswa menuntut fasilitas yang memadai, salah satunya adalah uang kuliah tunggal yang notabene sangatlah mahal. Itu menjadi tolak ukur akan fasilitas yang jika dilihat saat ini sangat berbanding 180 derajat dengan uang kuliah tunggal mahasiswa.

Melihat semuanya itu, seharusnya pihak birokrasi sadar akan apa yang diinginkan mahasiswa, kritik melalui tulisan atau bahkan dengan aksi langsung masih belum juga menyadarkan pihak birokrasi. Mulai dari akses yang berlubang, parkiran amburadul, minimnya fasilitas ruang kelas hingga kelayakan toilet umum adalah beberapa bagian dari polemik yang terjadi di FIS.

Menerima mahasiswa yang begitu banyak di setiap tahunnya dan fasilitas yang begitu – begitu saja hanya menambah polemik yang ada, jika menerima mahasiswa yang banyak, pihak birokrasi harus menambah fasilitas yang ada salah satunya yaitu ruang kelas. FIS sangatlah kekurangan ruang kelas sehingga kadangkala perkuliahan menjadi terhambat dan tidak sedikit jadwal mata kuliah perhari bisa dimulai dari sunrise dan berakhir saat sunset.

Berharap pada pihak birokrasi agar mau mengimplementasikan keinginan – keinginan dari mahasiswa sehingga label berbasis negeri layak di sandang. Melalui ini juga, semoga pihak birokrasi cepat sadar atas apa yang diinginan mahasiswa, ini hanya beberapa polemik dari banyaknya polemik yang terjadi dan agar orang – orang juga tidak kaget dengan apa yang dilihat ketika memasuki lingkup kampus UNM dibalik gedung megah itu.

*Penulis adalah Andi Juliandrie Abham, Mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis 2017, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

Berita Terkait

Mengenal Kearifan Lokal Budaya Suku Kajang di Bulukumba
[Esai] Secercah Harapan Sang Nahkoda Phinisi
[Esai] Surat Buat Ayah
[Esai] Kepemimpinan Ala El Profesor
[Sivitas Menulis] Badan Eksekutif Milenial
[Opini] Aku Cinta Tanah Airku Meskipun Dia Tidak Mencintaiku
[Esay] Aplikasi Chating Homoseksual Dalam Mencari Pasangan
[Sivitas Menulis] Lingkaran Paskah Sebagai Perayaan Iman Katolik
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 27 Juni 2020 - 03:19 WITA

Mengenal Kearifan Lokal Budaya Suku Kajang di Bulukumba

Sabtu, 9 Mei 2020 - 11:40 WITA

[Esai] Secercah Harapan Sang Nahkoda Phinisi

Sabtu, 9 Mei 2020 - 11:05 WITA

[Esai] Surat Buat Ayah

Sabtu, 9 Mei 2020 - 06:23 WITA

[Esai] Kepemimpinan Ala El Profesor

Minggu, 8 Desember 2019 - 05:13 WITA

[Sivitas Menulis] Badan Eksekutif Milenial

Berita Terbaru

Pendidikan Sejarah

Pameran Sejarah Jadi Wadah Edupreneurship dan Wisata

Kamis, 8 Mei 2025 - 02:21 WITA

Fakultas Psikologi

Tim BKP Fakultas Psikologi Gelar Psikoedukasi Sex Education di PAUD Kartini

Kamis, 8 Mei 2025 - 02:00 WITA

Himanis

UMKM Fest Wadah Promosi dan Pemberdayaan UMKM Lokal

Rabu, 7 Mei 2025 - 02:27 WITA