
Public Smart Dispenser jadi salah satu inovasi terbaru yang diciptakan oleh Jurusan Teknik Informatika dan Komputer (JTIK) Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Makassar (UNM). Ide penelitian Public Smart Dispenser pada dasarnya merupakan hasil diskusi tim peneliti Matchingfund Kedaireka bersama dengan mitra.
Ketua tim peneliti, Jumadi Mabe Parenreng mengungkapkan penggunaan air kemasan menimbulkan masalah berlarut di masyarakat. Kebiasan masyarakat menghasilkan limbah plastik setelah mengkonsumsi air kemasan.
“Alat ini hadir untuk mengurangi limbah plastik,” ungkap Jumadi
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Launching alat dilakukan Oktober lalu. Jumadi pun tak menyangka, alat ini memperoleh banyak pujian dari sivitas akademika khususnya di FT. Banyak mahasiswa antusias menggunakan smart dispenser.
“Kami cek dengan sistemnya ternyata pengguna melebihi dari perkiraan kami,” kata Jumadi
Di balik penerimaan dari banyak pihak, Jumadi juga sangat menerima kritik dan saran. Hal itu tentu agar alat yang diciptakan bisa dievaluasi dan lebih disempurnakan.
“Pengguna banyak memberi masukan dan itu yang akan menjadi bahan evaluasi kami,” ucapnya
Jumadi bersama tim peneliti matchingfund kedaireka selalu berupaya untuk melihat melihat apa saja yang menjadi kekurangan alatnya. Salah satunya, mahasiswa masih terlihat kurang memahami cara pemakaian dari alat tersebut.
“Banyak mahasiswa yang belum paham. Jadi kami sediakan barcode yang berisi tutorial penggunaan,” Ujar Jumadi
Alat pun masih dipantau terutama pada masalah jaringan. Jumadi dan tim masih mengupayakan agar alatnya sudah bebas dari gangguan.
“kami mengupayakan agar dispenser sudah tidak punya gangguan lagi,” ujar Jumadi
Sebagai bentuk pengembangan, Jumadi mengungkapkan dispenser akan diperluas bukan hanya untuk air, tetapi berbagai bahan lainnya seperti sabun, minyak, oli, dan sebagainya.
“kami mungkin akan meriset untuk bahan yang isinya lebih kental,” ungkap Jumadi. Saat ini uji coba penggunaan Public Smart Dispenser masih pada beberapa titik terkhususnya di FT UNM. Jumadi berharap perluasan penggunaan bisa dilakukan pada semua titik di kampus UNM. Tak hanya itu, Jumadi dan tim juga menyasar tempat umum seperti rumah sakit, kantor BPJS dan beberapa titik lainnya yang memiliki ruang tunggu.
“Sementara ini kami baru merealisasikan di Kampus Parangtambung, tepatnya di FT,” ujar Jumadi.
Namun, perluasan penggunaan alat masih jadi pertimbangan. Hal ini karena membutuhkan biaya besar dan marketing yang mumpuni. Jumadi berharap bisa menjalin kerjasama dengan berbagai universitas kantor, perusahaan, rumah sakit, dan sekolah.
“Kedepannya agar produk ini bisa digunakan secara lebih luas, kami mungkin akan menjalin kerja sama dengan beberapa instansi,” harap Jumadi.
Sebagai langkah awal agar alat ini makin dilirik, Tim peneliti matchingfund kedaireka akan menghadiri Muskernas yang dihadiri oleh peserta dari seluruh Indonesia. Jumadi mengatakan, timnya bekerja sama dengan Wahda Water akan melakukan soft launching dalam Muskernas tersebut.
“Alat ini maju dan diunggulkan sebagai wakaf dari Wahda Water,”ungkapnya
Jumadi menjelaskan pengembangan alat ini terbuka untuk mereka yang ingin riset bersama. Tim peneliti matchingfund kedaireka akan menyediakan barcode yang bisa diakses jika ada mahasiswa yang ingin bergabung dalam riset Public Smart Dispenser.
“Kami sediakan barcode dan menyeleksi berbagai masukan. Kemudian memberikan bimbingan kepada mereka hingga ide atau saran dapat sejalan dengan kami,” jelas Jumadi
Adapun cara penggunaan Public Smart Dispenser yaitu pengguna cukup memasukkan wadah yang sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Harga pengisian air minum yaitu mulai dari Rp200 per 200 milimeter hingga Rp1.500 per 1,5 liter. Pembayaran menggunakan transaksi Via Qris dan air akan keluar sesuai jumlah yang diinginkan. (*)
*Tulisan ini telah terbit di Tabloid Edisi 268 November 2023