PROFESI-UNM.COM – Gagasan sekarang mengenai gerak benda bisa ditelusuri balik ke Galileo dan Newton. Sebelum mereka, orang-orang percaya kepada Aristoteles, yang mengatakan bahwa keadaan alami suatu benda adalah diam dan benda hanya bergerak jika didorong suatu gaya atau impuls. Jadi, benda berat akan jatuh lebih cepat dari pada benda ringan, karena benda berat memiliki gaya tarik lebih besar menuju bumi.

Aristoteles juga mengatakan bahwa semua hukum yang mengatur alam semesta bisa dipelajari dengan pemikiran saja. Pembuktian dengan pengamatan tak diperlukan. Namun, Galileo membuktikan bahwa pendapat Aristoteles keliru dengan menjatuhkan benda dari menara miring Pisa. Pengukuran Galileo menunjukkan bahwa tiap benda mengalami pertambahan kecepatan (percepatan) Yang sama tak peduli berapapun beratnya.

Pengukuran Galileo digunakan oleh Newton sebagai dasar hukum gerak. Dalam percobaan-percobaan Galileo, selagi benda menggelinding menuruni lereng, benda itu selalu terpengaruh gaya yang sama yang sama (berat benda), dan efeknya adalah percepatan. Itu menunjukkan bahwa efek sebenarnya suatu gaya adalah selalu mengubah kecepatan suatu benda, bukan membuat benda bergerak sebagaiman dahulu dikira. Itu juga berarti bahwa jika suatu benda tak terkena pengaruh suatu gaya, maka benda tersebut akan terus bergerak dalam lingkaran lurus dengan kecepatan yang sama.

Perbedaan besar antara gagasan Aristoteles dan gagasan Galileo/Newton adalah bahwa Aristoteles percaya keadaan diam adalah wajar, dan benda apapun akan diam jika tak didorong oleh suatu gaya. Aristoteles menganggap bahwa bumi itu diam. Namun, berdasarkan hukum Newton tidak ada standar keadaan diam yang unik. Ketiadaan acuan diam yang mutlak berarti kita tak bisa memastikan apakah dia peristiwa yang terjadi pada waktu berbeda terjadi di posisi yang sama dalam ruang.

Newton sangat khawatir dengan tiadanya posisi mutlak atau yang disebut dengan ruang mutlak, karena tidak cocok dengan gagasannya mengenai tuhan yang mutlak, walau hukumnya sendiri mengatakan demikian. Newton dikritik pedas karena keyakinannya tak rasional oleh banyak orang. Aristoteles dan Newton sama-sama percaya akan adanya waktu mutlak. Artinya, mereka percaya bahwa kita bisa mengukur jangka waktu itu akan selalu sama tanpa peduli siapa yang mengukurnya, asalkan menggunakan arloji yang bagus. Waktu sepenuhnya terpisah dan tak terhubung dengan ruang. Itulah yang sebagian besar orang anggap sebagai pandangan akal sehat. Namun, gagasan itu tak berlaku bagi benda-benda yang bergerak pada atau mendekati kecepatan cahaya yang bergerak dengan kecepatan tertentu dan amat tinggi. Kecepatan cahaya pertama kali ditemukan pada 1676 oleh ahli astronomi Denmark Ole Christensen Roemer.

Tulisan ini dikutip dari buku “A Brief History of Time” oleh Stephen Hawking, Halaman 21-27, terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. (*)

*Reporter: Muh. Akbar