
PROFESI-UNM.COM – Represifitas aparat keamanan dalam penanganan aksi demonstrasi di Kota Makassar kembali terjadi. Sejumlah mahasiswa dari berbagai kampus menjadi korban.
MF mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM) jadi salah satunya. Saat aksi massa yang menuntut ‘Tolak Politik Dinasti Joko Widodo’ terjadi di sejumlah titik Kota Daeng, Senin (26/8) malam. MF terlibat sebagai paramedis jalanan.
Dia bertugas untuk memberi perawatan bagi para demonstran yang mengalami cidera. Mengingat perannya yang begitu krusial, MF seharusnya diayomi.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun nahas, justru malah sebaliknya. Kala bertugas, kejadian tak mengenakkan dilakukan aparat berseragam lengkap kepada dirinya.
Kronologi bermula ketika MF berusaha menangani demonstran yang mengalami luka di dalam Kampus Gunung Sari, UNM usai terjadi bentrok panjang. MF dengan cekatan memberi pertolongan pertama kepada korban di Sekretariat BEM FISH.
Tetapi melihat kondisi korban yang harus mendapat penanganan di rumah sakit, insting MF bekerja. Dia meminta agar mobil ambulance bisa masuk dan mengevakuasi korban.
Karena kondisi kampus yang masih dipenuhi aparat keamanan dan mahasiswa, MF sempat berdialog dengan Kapolrestabes Makassar, Mokhamad Ngajib serta Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Arifin Manggau.
“Saya juga sempat bicara ke depan. Pas masih asa Kapolrestabes Makassar dengan Wakil Rektor 3. Saya bilang, tolong ada ambulance tidak bisa masuk,” akunya, Rabu (28/8).
Perwira berpangkat tiga bunga melati itu lun merespon MF. Ngajib menjamin akan mengawal mobil ambulance yang membawa korban.
“Jadi saya sempat kembali jemput korban, tapi ternyata korban sudah lewat jalur evakuasi lain,” jelas MF kepasa awak Profesi.
MF kemudian berinisiatif untuk melakukan penyisiran untuk mencari lagi korban hingga ke depan Gedung BU, FEB.
Tetapi apadaya, dirinya menjadi sorotan aparat keamanan. Kepala MF dihujani pukulan hingga terluka. Selain itu, punggungnya turut menjadi sasaran.

“Jadi saya dipukuli atas dasar karena saya berteriak-teriak waktu minta mobil ambulance. Sempat atribut saya juga dilucuti, supaya tidak terlihat sebagai paramedis,” terangnya.
Sebagian demonstran dan paramedis yang tak jauh dari lokasi kejadian berusaha membantu. Mereka melilitkan perban di kepala MF demi mengehantikan laju pendarahan.
Tak habis sampai di situ, MF juga menceritakan dirinya juga sempat akan diangkut ke mobil Jatantras milik polisi. Tetapi beruntung, MF berteriak ke arah warga di sekitar.
“Tapi langsung diamankan warga. Karena saya sempat teriak kalau saya ini medis. Kemudian kami diamankan warga ke rumah makan Skage untuk terhindar dari aparat,” tandas MF.
Selang beberapa jam setelah kejadian, MF memeriksakan diri ke dokter. Luka di kepala serta memar di punggungnya diyakini akibat dari benda tumpul.
Kejadian tragis ini menjadi luka mendalam tidak hanya pada fisik. Tetapi juga dalam jiwa kolektif gerakan mahasiswa. (*)
*Reporter : Dwi Putri