
PROFESI-UNM.COM – Sejak dulu, pakaian sudah menjadi kebutuhan pokok yang tak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Dalam segala kondisi apapun, tentu saja barang itu sangat dibutuhkan.
Selain sebagai pelindung tubuh, pakaian juga digunakan untuk menutup aurat. Akan tetapi, pelbagai masalah juga sering dialami ketika mengenakan pakaian. Adanya bakteri jahat kerap kali muncul pada pakaian tanpa disadari Straphylococcus aureus salah satunya Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi kulit, bisul, pneumonia, endokarditis, dan septikemia.
Berawal dari masalah tersebut tiga mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yang juga anggota Lembaga Penelitian Mahasiswa (LPM) Penalaran menciptakan sebuah inovasi. Musdalifa K. dari Jurusan Kimia, Muh. Nurul Kamal dari Jurusan Kimia, dan Herawati dari Jurusan Biologi membuat anti bakteri straphylococcus aureus untuk pakaian.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Idenya muncul ketika anggota tim saya merasa resah dengan kondisinya yang mudah berkeringat dan menyebabkan bau badan. Setelah dicari tahu ternyata salah satu penyebabnya ada bakteri di pakaian,” kata Musdalifa.
Invoasi ini berupa cairan yang akan di semprotkan pada pakaian. Anti bakterinya merupakan hasil sintesi atau gabungan dari senyawa seng asetat dan natrium hidroksida. Kedua senyawa murni ini mampu mengatasi bakteri straphylococcus aureus yang biasa ada dalam pakaian. Dapat diperoleh di toko bahan kimia, namun biasanya mereka mengambil bahan tersebut di laboratorium jurusannya.
Sementara untuk prosedur pembuatannya terlebih dahulu melakuka sintesis nano partikel ZnO atau seng oksida. Nano ZnO ini dibuat dari kristal seng asetat dan natrium hidroksida yang dilarutkan dalam aquades. Kemudian ditirasi ata proses penentuan jumlah larutan dengan alkohol dengan persentase 9 persen hingga membentuk endapan ZnO.
“Setelah itu netralisasi pada endapan ZnO, lalu pemanasan dan kalsinasi untuk menguapkan sisa air di dalam endapan itu. Hasilnya jadi kristal warna putih ZnO,” jelasnya.
Selanjutnya, kata Musdalifa memastikan kristal yang diperole merupakan ukuran nano. Untuk itu karakterisasi atau mengenal senyawa baru yang dilakukan memakai X-Ray Difraction (XRD). Ukuran tersebut dipakai lanataran memiliki kemampuan hambat bakteri lebi baik,
“Kemudian pengaplikasian larutan anti bakteri ke kain cotto combed. Lalu uji daya hambat bakter cairan anti bakteri yang telah dilapiska pada kain itu,” lanjut mahasiswa angkatan 2015 ini.
Seluruh tahapan yang dilakukan ini membutuhkan waktu kurang lebih empat bulan. Setelah itu, kemudian barulah produk tersebut bisa dipakai. Cara penggunaannya, yakni dengan menyemprotnya pada pakaian. “Dan hasilnya bisa menghambat aktivitas bakteri,” tambahnya.
Tak cukup sampai disitu, inovasi tersebut rencananya bakal dikembangkan lagi. Tujuannya, memberikan kenyamanan bagi orang dalam saat menggunakan pakaian. “Mau dihasilkan kaos antibakteri,” tutupnya. (*)
*Tulisan ini telah terbit di Tabloid Profesi Edisi 220