PROFESI-UNM.COM- Sebagai mahasiswa kamu pasti sering kali mnedapatkan tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok, atau mungkin pada saat kamu harus bekerja dengan tim oleh karena kamu tergabung dalam organisasi kemahasiswaan di Kampus.
Untuk itu di bawah ini beberapa tips agar kamu tetap menjadi tim netral dalam forum diskusi secara tim.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menajemen Emosi Saat Bekerja dalam Tim
Pertama, mulai dari diri sendiri. Kenali Pemicu Emosimu. Langkah pertama dalam manajemen emosi sebagai kesadaran diri. Kenali situasi, kata-kata, atau perilaku apa yang cenderung memancing reaksi emosional negatif dari kamu. Apakah itu saat kritik disampaikan, saat tenggat waktu mepet, atau saat ide kamu tidak didengar? Dengan mengetahui pemicunya, kamu bisa lebih siap untuk mengelola reaksi yang akan muncul.
Kedua, terapkan “Jeda Emas” sebelum memberi respon. Saat kamh merasakan emosi negatif seperti marah atau frustrasi memuncak, jangan langsung merespons. Ambil jeda sejenak, meski hanya lima detik. Tarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. Jeda singkat ini memberikan kesempatan bagi bagian otak rasional kamh untuk mengambil alih dari bagian emosional, sehingga respons yang kamu berikan lebih terkontrol dan profesional.
Ketiga, Gunakan “Pesan-Saya” untuk mengutarakan perasaan.
Alih-alih menyalahkan atau menuduh rekan kerja (misalnya, “Kamu selalu telat mengumpulkan data!”), gunakanlah kalimat yang berpusat pada perasaan atau perspektif kamu. Contohnya, “Saya merasa khawatir karena data untuk laporan ini belum terkumpul, ini bisa memengaruhi jadwal kita.” Cara ini mengurangi sifat defensif dari lawan bicara dan membuka pintu untuk diskusi solusi.
Keempat, dengarkan untuk memahami. Bukan Hanya untuk menjawab manajemen emosi juga tentang memahami emosi orang lain. Saat rekan tim kamu berbicara, terutama saat ada konflik, dengarkan dengan tujuan untuk benar-benar memahami sudut pandang mereka, bukan sekadar menunggu giliran untuk menyanggah. Praktik mendengarkan dengan empati ini dapat meredakan ketegangan dan menunjukkan bahwa kamh menghargai mereka sebagai individu.
Kelima, fokus pada masalah, bukan pada orangnya. Ketika terjadi konflik atau kesalahan, sangat mudah untuk terjebak dalam menyalahkan individu. Alihkan fokus diskusi dari “siapa yang salah” menjadi “bagaimana kita menyelesaikan masalah ini bersama?”. Dengan membingkai masalah sebagai tantangan tim, kamu mengubah suasana dari konfrontasi personal menjadi kolaborasi untuk mencari solusi.
Terkahir, bangun kepercayaan sebagai fondasi Keamanan emosional. Mengelola emosi lebih mudah dalam lingkungan di mana setiap anggota merasa aman untuk menjadi rentan, mengakui kesalahan, atau mengajukan ide tanpa takut dihakimi. Kepercayaan ini dibangun dari waktu ke waktu melalui konsistensi, saling menghormati, dan menepati janji. Semakin tinggi tingkat kepercayaan dalam tim, semakin rendah potensi konflik emosional yang merusak. (*)
*Reporter : Florencya Alnisa Christin