
PROFESI-UNM.COM-Aisyah Maulirah, salah satu lulusan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Universitas Negeri Makassar (UNM), menyampaikan pidato penuh inspirasi dan kesan mendalam pada acara wisuda PPG yang digelar di kampus UNM, Senin (20/01).
Dalam pidatonya, Aisyah menggambarkan perjalanan panjang dan penuh makna yang ia jalani selama satu tahun menempuh pendidikan profesi ini.
“PPG tidak hanya menjadi tempat menimba ilmu, tetapi juga wadah untuk berkembang, berproses, dan memahami arti kerja keras serta kebersamaan,” ujar Aisyah di hadapan para wisudawan, dosen, dan tamu undangan. Ia mengungkapkan bahwa berbagai pengalaman yang didapat, baik di dalam maupun luar kelas, telah membentuk dirinya menjadi pribadi yang lebih matang dan siap menghadapi tantangan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Aisyah mengakui bahwa perjalanan PPG tidaklah mudah. Tugas yang berat serta kendala pribadi maupun eksternal menjadi tantangan tersendiri. Namun, semangat belajar dan dukungan dari teman-teman seangkatan membuatnya mampu melewati semua rintangan.
“Pada awalnya terasa berat, tetapi dengan semangat dan kerja sama, yang berat itu akhirnya menjadi ringan,” kenangnya. Aisyah juga menyoroti pentingnya pendidikan yang humanis, di mana seorang guru tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga membentuk karakter dan kepribadian siswa,” akunya.
Aisyah mengungkapkan Salah satu pengalaman paling berharga bagi Aisyah adalah Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Dalam kesempatan tersebut, ia menerapkan teori secara langsung kepada siswa. Selain itu, refleksi dan evaluasi metode pengajaran menjadi bagian penting yang membantu dirinya berkembang sebagai pendidik.
Kisah Inspiratif Siti Nadifa, Tidak Didampingi Orang Tua saat Wisuda PPG
“PPL mengajarkan kami untuk terus berinovasi dan menciptakan lingkungan belajar yang efektif,” ujarnya.
Selain pembelajaran akademik, Aisyah juga menyoroti makna kebersamaan dengan teman-teman sekelas. Ia mengungkapkan terima kasih kepada teman-temannya di kelas PGSD 001 yang selalu mendukung.
“Meskipun hanya satu tahun, kebersamaan ini memberikan banyak pelajaran berharga,” katanya. Aisyah juga berbagi cerita tentang pengalamannya mengunjungi tempat-tempat baru dan menikmati kebersamaan sederhana yang mengesankan.
Dalam pidatonya, Aisyah menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada kedua orang tuanya, Bapak Suhardi dan Ibu Maria, yang menjadi pilar utama dalam hidupnya. Ia menyebut bahwa dukungan tanpa henti dari orang tuanya, meskipun bukan sarjana, telah mengantarkannya menjadi salah satu wisudawan terbaik.
“Kedua orang tua saya mungkin seperti orang tua kita semua, kasih sayangnya tanpa batas. Dukungan mereka adalah doa yang menjadikan saya berdiri di sini hari ini,” ungkapnya dengan haru.
Pada ungkapan terakhirnya Aisyah mengajak rekan-rekan wisudawan untuk terus menjaga semangat belajar, menjunjung tinggi etika profesi, dan memberikan kontribusi terbaik bagi dunia pendidikan. Ia mengutip pesan dari Imam Al-Ghazali sebagai pengingat bahwa usaha dan doa adalah kunci menghadapi tantangan ke depan.
“Jangan takut gagal, karena kegagalan adalah proses untuk belajar dan menjadi lebih baik,” tutupnya dengan penuh semangat.(*)
*Reporter: Muh Apdal Adriansyah