
PROFESI-UNM.COM – Keluarga yang utama dan nomor satu. Begitulah prinsip yang dipegang teguh oleh Syamsuddin Massa. Sebagai atlet lari, ia pecaya bahwa karirnya sebagai pelari bisa membahagian keluarganya kelak.
Terlahir dari keluarga yang kurang mampu secara finansial, membuat dirinya harus bekerja keras membantu menghidupi ibu dan lima saudara lainnya.
“Karena saya sendiri yang mampu sekolah tinggi dari tujuh bersaudara dan saya sampai saat ini dipercaya,” katanya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pria asal Jeneponto ini memiliki segudang prestasi di bidang atletik cabang lari jarak jauh. Terbaru, ia berhasil menyabet tiga medali emas di Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNas) XV Sulawesi Selatan (Sulsel). Masing-masing di nomor 5000, 10.000, dan 3000 meter.
Kontribusinya ini pun membuat tim Sulsel dapat menempati peringkat tiga perolehan medali. Alih-alih berharap dapat medali, di setiap kompetisi yang diikuti ia justru hanya menunggu hadiah berupa uang. Sebab, dapat diberikan kepada orang tua yang berada di kampung.
“Uangnya itu selalu saya kasih orang tua, sama untuk biaya kuliah disini,” imbuhnya.
Sejak kecil, dirinya memang suka berlari. Bahkan saat Sekolah Dasar (SD), ia telah mengikuti kompetisi lari hanya sekedar mengembangkan hobinya. Tak ayal jika sekarang, bakatnya ini bisa membuahkan hasil berkat hal tersebut.
“Bagaimana yah, kebanyakan lomba-lomba diluar juga, lomba terkam jadikan latihan,” jelasnya.
Kadang kala, cedera juga kerap menghampirinya saat menjelang kompetisi. Cedera sendi yang terletak di bagian paha kiri membuatnya harus berhati-hati saat latihan.
Berawal dari mengikuti kompetisi Galesong Trail Run 2017 lalu, sakit persendian itu mulai dirasakan. Sudah beberapa kali, cedera itu datang. Bahkan sebelum POMNas digelar, ia tiba-tiba saja cedera. Namun, ia punya cara dalam menangani cederanya itu.
“Saya minum obat terus jogging-jogging ringan, perbaiki stretching,” kata mahasiswa Program Studi (Prodi) Kepelatihan Olahraga ini.
Terkait persiapan sebelum kompetisi, ia tak begitu mempermasalahkan soal jadwal latihan meski kegiatan sudah dekat. Ia mengaku, jika ketika latihan, waktu mesti dimanfaatkan dengan baik.
“Latihannya sedikit tapi waktunya tajam, artinya meski waktu sedikit, kita gunakan semaksimal mungkin. Kalau program-programnya kan biasanya punya waktu jangka panjang itu banyak dikasih, tapi ini waktunya sedikit jadi sedikit,” jelasnya.
Usai memenangkan tiga medali emas di POMNas XV, ia mengaku tengah fokus untuk bisa ikut dalam ajang Pekan Olahraga Mahasiswa (POM) Asia. Berharap bisa mewakili Indonesia di ajang tersebut.
“Jadi ini modal untuk bisa masuk POM Asia,” ujarnya. Selain itu, ada juga Asian Games 2018.
Berbagai latihan pun saat ini sedang dilakukan. Meningkatkan kemampuan lari termasuk kecepatan dan ketahanan fisik. “Kembali lagi latihan untuk seleksi kejurnas biar bisa masuk Asian Games, perbaiki limit dan catatan waktunya,” akuinya.
Ia berpesan kepada atlet agar tetap mengedepankan sikap ulet dan terus kerja keras menggapai hasil yang diharapkan. “Mau displin, mau latihan keras, mau mengikut saran pelatih, usaha tidak mengkhianati hasil. Jadi latihan keras,” pesannya. (*)
*Tulisan ini terbit di Tabloid Profesi Edisi 219