
PROFESI-UNM.COM – Monopoli adalah salah satu permainan paling terkenal di dunia. Tujuan permainan ini adalah untuk menguasai semua petak di atas papan melalui pembelian, penyewaan dan pertukaran properti dalam sistem ekonomi yang disederhanakan.
Setiap pemain melemparkan dadu secara bergiliran untuk memindahkan bidaknya, dan apabila ia mendarat di petak yang belum dimiliki oleh pemain lain, ia dapat membeli petak itu sesuai harga yang tertera. Bila petak itu sudah dibeli pemain lain, ia harus membayar pemain itu uang sewa yang jumlahnya juga sudah ditetapkan.
Lalu, bagaimana jadinya apabila permainan monopoli digunakan untuk belajar bahasa? Hal inilah yang berusaha dilakukan Furry Agustina dalam naungan Lembaga Penelitian Mahasiswa Penalaran UNM. Bersama teman-temannya, Furry membuat media pembelajaran berbentuk monopoli untuk menumbuhkan minat belajar siswa dalam pelajaran bahasa Inggris.
Menurut Furry, di era grobalisasi seperti sekarang, menguasai bahasa Inggris yang merupakan bahasa internasional sangatlah penting. Hal tersebut juga didukung dengan kurikulum pendidikan di Indonesia yang mewajibkan pelajar mempelajari bahasa Inggris. Namun, bagi sebagian pelajar, bahasa Inggris seringkali dianggap sebagai pelajaran yang sulit. Anggapan itu dikhawatirkan akan menyebabkan minat belajar bahasa Inggris sebagian pelajar menjadi berkurang.
Kekhawatiran tersebut kemudian menjadikan Perempuan asal Soppeng tersebut membuat Monopoli Vocabulary. Model pembelajaran tersebut membuat siswa bermain monopoli sambil belajar bahasa Inggris. Menurutnya model pembelajaran tersebut lebih efektif untuk membuat siswa mudah menguasai bahasa Inggris.
Furry menjelaskan bahwa menggunakan permainan monopoli didalam proses pembelajaran bukan hal yang baru, namun untuk pelajaran bahasa Inggris terbilang baru jika menggunakan monopoli.
“Sebenarnya sudah lama jika monopoli digunakan untuk menarik minat belajar siswa pada beberapa mata pelajaran, main dalam pelajaran bahwa inggris monopoli vocabulary ini adalah yang pertama”, jelasnya.
Lebih lanjut ia menambahkan bahwa monopoli vocabulary sebenarnya sama dengan permainan monopoli pada umumnya. Namun, perbedaannya terletak pada konten yang menyelipkan kosa kata bahasa inggris dasar.
“Monopoli vocabulary saat ini sedang diterapkan pada siswa kelas 4 Sekolah Dasar (SD) sehingga kosakata yang digunakan dalan permainan tersebut masih kosakata dasar,” tambahnya.
Adapun kelebihan dari model pembelajaran tersebut menurut mahasiswa angkatan 2014 adalah terletak pada kontennya yang ringan dan memiliki banyak warna yang pada umumnya disukai oleh anak-anak. Selain itu siswa tidak dituntut untuk belajar secara monoton, dan terlebih lagi gambar monopoli tersebut juga menggunakan salah satu karakter kartun yang disukai siswa, misalnya doraemon.
“Kelebihannya model pembelajaran ini terletak pada kontennya yang selalu disesuaikan dengan favorit siswa kelas 4 SD pada umumnya,” katanya.
Selain itu mahasiswa pendidikan bahasa Inggris tersebut juga mengatakan bahwa model pembelajaran tersebut sebenernya sifatnya fleksibel artinya bukan hanya untuk anak SD karena bisa juga diterapkan pada siswa SMP maupun SMA.
“Model pembelajaran ini juga bisa digunakan pada siswa SMP ataupun SMA, yang perlu dilakukan hanyalah menyesuaikan kosa kata yang sesuai dengan usai mereka ddalam permainan tersebut,” jelasnya.
Model pembelajaran tersebut juga sudah diujicobakan pada beberapa SD di Makassar dan menunjukkan hasil yang signifikan.
Hal tersebut membuat Furry menjadi lebih percaya diri untuk mengikut sertakan hasil penelitiannya pada salah satu konferensi yang akan dilaksanakan di Thailand tahun depan.
Sedangkan mengenai kendala yang dihadapi tim penelitian hingga saat ini adalah cara mensosialisasikan model pembelajaran tersebut kepada guru maupun pihak sekolah. (*)
*Tulisan ini telah terbit di Tabloid profesi Edisi 208