
PROFESI-UNM.COM – Berjualan pisgor telah menjadi rutinitas sehari-harinya di kampus selama setahun ini. Nurhasni, tak seberuntung temannya yang hidup berkecukupan dengan orang tua yang selalu mampu memenuhi segala kebutuhannya selama kuliah.
Meskipun demikian, ia tak mau menuntut banyak kepada orang tuanya. Ia mengerti bagaimana keadaan orang tuanya yang hanya sebagai buruh tani di kampung. Karena tak mau menambah beban keluarga, akhirnya ia pun memutuskan kembali berjualan saat semester 4.
Karena terhambat modal, ia terpaksa menjual gorengan milik seorang ibu yang merupakan tetangga kosnya sendiri. Biasanya ia memesan tengah malam karena jadwal kuliahnya kadang juga tak menentu. Keuntungannya pun tak seberapa, bahkan terbilang sangat sedikit sekali hanya Rp 5 ribu perhari. “Meskipun untungnya hanya sedikit tapi ini sudah cukup membantu, dari pada tidak ada pemasukan sama sekali,” katanya.
Uang yang ia dapatkan selama berjualan ia manfaatkan sebaik mungkin, sisanya ditabung. Ia pun bercita-cita ingin menjadi seorang pengusaha nantinya. Mahasiswi kelahiran 23 Desember 1996 ini bertekad untuk bisa terus lanjut kuliah dengan biaya sendiri.
Ia ingin melukiskan kisah dalam hidupnya sebagai anak yang mandiri dan tak lagi jadi beban orangtua. “Cukuplah saya menjadi anak yang mandiri, berjuang di perantauan tanpa menyusahkan orang tua lagi,” kisahnya. (*)
*Ratna
Tulisan Ini Terbit di Tabloid Profesi Edisi 203