Direktur P3G UNM, Abdullah Pandang (depan) usai Yudisium dan Wisuda Peserta PPG Periode III 2016 di Ruang teater Menara Pinisi. (Foto: Dok. Profesi)
Direktur P3G UNM, Abdullah Pandang (depan) usai Yudisium dan Wisuda Peserta PPG Periode III 2016 di Ruang teater Menara Pinisi. (Foto: Dok. Profesi)

PROFESI-UNM.COM – Saat ini, “Om Telolet Om” sedang menjadi tren di Indonesia. Tren ini rupanya turut ditanggapi Direktur Program Pengembangan Profesi Guru (P3G) UNM, Abdullah Pandang.

Melalui akun facebook-nya, Dosen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan ini menyampaikan pendapatnya tentang fenomena ini. Berikut tulisan Abdullah Pandang terkait fenomena “Om Telolet Om”.

“Om telolet om” tiba-tiba jadi viral dan topik berita semua stasiun TV. Makhluk apa pula ini???

Karena penasaran, saya jadi “minta tolong” sama om Goggle dan mas Youtube untuk menjelaskan. Hebatnya “om” dan “mas” ini amat cekatan dan bisa segera memberi info yang diperlukan.

Ternyata hanya bunyi klakson mobil (bus, truk) yang meliuk-liuk. Fenomena ini berawal dari aksi bocah-bocah tanggung di daerah Jawa Timur dalam memburu bunyi klakson bus yang terdengar ‘telolet’ dan merekamnya dengan telepon seluler. Dalam memburu telolet, mereka bergerombol dan menunggu bus lewat sambil berteriak atau menuliskan kata ‘Om telolet Om’.
Fenomana sederhana sesungguhnya. Tapi menjadi booming karena orang dewasa pun ikut-ikutan. DJ dan artis terkenal juga ikutan mencuitkannya. Nitizen mancanegara juga terjangkit demam aneh ini. Para kreator IT pun ikut meramaikan dengan memgembangkan aplikasi telolet di android. Pokoknya bumi jadi hiruk-pikuk.

Saya teringat masa kecil. Di tahun 70-an (kebanyakan kalian mungkin belum lahir), supir-supir bus antarkota seperti Piposs atau Beddu Solo juga berlomba memasang klakson model terompet berderet-deret di bagian depan mobilnya. Mereka bertanding keindahan bunyi klakson saat berpapasan jalan atau berjalan beriring melewati perkampungan. Dan jiwa kanak-kanak saya menikmati itu sebagai hiburan perjalanan.

Kini demam telolet melanda (lagi). Mungkin ini hanya cara masyarakat mencari sumber hiburan gratis di tengah kesulitan hidup. Mungkin pula ini indikasi betapa rapuhnya mental-mental anak-anak bangsa menghadapi hal-hal yang dilabelkan trend. Daya saring dan reality-testing kita demikian rendah, sementara sugestibilitas kita begitu tinggi. Amat mudah latah mengikuti hal-hal yang trendi, tanpa perlu mengerti apa tujuan dan manfaatnya.

Namun sebagaimana biasanya, trend telolet pun akan segera mencapai puncak boomingnya. Lalu meredup lagi hingga tak terdengar dan kehilangan penggemar. Hingga muncul lagi bentuk trend baru yang entah apa lagi wujudnya nanti. Kita tunggu saja.

Yang beruntung dengan semua fenomena seperti ini adalah dunia industri. Mereka pintar benar memanfaatkan setiap momentum. Kita akan segera dijejali produk yang siap melayani pemuasan hasrat latah kita mengikuti suatu trend. Kita tiba-tiba merasa perlu memiliki atau melakukan hal yang disebut trend tsb. Biar bisa disebut modern dan tak ketinggalan jaman.

Atau jangan-jangan merekalah, dunia industri itu, yang sengaja menciptakan dan menggelorakan trend-trend seperti itu?? Merekalah dalang di balik pementasan hiruk pikuk ini untuk maraih untung besar dengan memanfaatkan kelatahan kita???


*Reporter: Nurul Fildzah Zatalini

Komentar Anda

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan