[OPINI] Awan Gelap LK FT-UNM: Kekosongan Intelektual dan Degradasi Gerakan Mahasiswa

Avatar photo

- Redaksi

Jumat, 14 Maret 2025 - 20:40 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Muhammad Arief Wijaksana, (Foto: Ist.)

PROFESI-UNM.COM – Lembaga Kemahasiswaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar (LK FT-UNM) adalah lembaga yang menaungi satu fakultas, hadir sebagai sebuah patron bagi Himpunan yang berada di bawahnya, dengan begitu fungsionaris LK FT-UNM seharusnya menjadi sebuah gambaran ideal yang hadir di tengah-tengah dan menjadi yang paling berani untuk mencontohkan. LK FT-UNM juga adalah sebuah tempat di mana mereka yang mampu membawa perubahan dengan mengingat fungsi mahasiswa yaitu “Agent Of Change” dengan berbekal fungsi mulia inilah seharusnya tubuh fungsionaris LK FT-UNM adalah mereka para intelektualis yang mampu menjawab isu-isu yang hadir di dalam dunia kemahasiswaan dan tidak hanya unjuk gigi menganggap hal ini sebuah ajang untuk memamerkan kredibilitas sebagai fungsionaris lembaga.

Mahasiswa teknik adalah mereka yang terkenal kuat intelektual dan mentalnya, selalu meneriakkan kebenaran yang hadir melalui dialektika, hal ini selalu menjadi sebuah gambaran ideal mahasiswa teknik untuk menggambarkan masa kejayaanya namun dengan melihat kondisi yang hadir bahkan dalam aspek kelembagaan mengingatkan saya akan kaum muslim yang runtuh didalam kepemimpinan khalifah Utsmaniyah (1924) yang sama-sama hanya mampu mengingat masa kejayaannya dan terjebak dimasa lampau tanpa mau melihat kondisi yang hadir disekitarnya. Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi LK FT-UNM dan dengan ini juga pertanyaan muncul dibenak saya, apakah mereka juga hanya akan mendamba atau yang merealisasi. Kita sudah sangat tertinggal bahkan untuk membahas status quo pun saya yakin tidak banyak dari mahasiswa teknik begitu paham, saya merasa ini sebuah hal yang perlu menjadi perhatian penuh bagi LK FT-UNM selain struktural yang tak kunjung diselesaikan. Situasi ini menunjukkan kemunduran yang serius dan degradasi nalar kritis mahasiswa saat ini.

Mengulik Sebab Kekosongan Intelektual
Dark Age (476 – 1000 M) atau zaman kegelapan yang pernah terjadi di Eropa adalah salah satu sejarah masa kelam yang menjadi referensi saya dalam melihat kondisi yang ada pada tubuh LK FT-UNM, melihat kondisi mahasiswa teknik yang sekarang ini jauh dari literasi tentunya mengkhawatirkan “Iron Stock” adalah sebuah jargon yang mulai nampak kosong maknanya dengan melihat pola umum yang hadir di gazebo-gazebo teknik beberapa tahun terakhir. Ruang-ruang diskusi yang harusnya mampu membentuk nalar kritis justru sepi peminat, sebab dibeberapa kesempatan kita lebih puas berbicara tentang keuntungan dari judi online daripada melihat alokasi anggaran judi online tersebut yang tentu merugikan negara, kita lebih senang mabar dari pada harus berdiskusi mengenai tagar “Indonesia Gelap”.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Minimnya membaca dan berdikusi di kalangan mahasiswa menjadi salah satu faktor utama terjadinya kekosongan intelektual, dulunya mahasiswa adalah seorang yang sangat aktif membaca buku-buku pemikiran kritis, mampu berdiskusi hingga larut malam juga yang sungguh haus akan pengetahuan dan bahkan mampu menjatuhkan rezim “Tangan Besi” di tahun 1998, sekarang terasa memudar diwajah mahasiswa, pengetahuan akan isu nasional begitu dangkal dan ini tidak lagi menjadi topik utama dalam Lembaga Kemahasiswaan. Bahkan sedikit keresahan yang hadir didalam diri saya ketika mahasiwa kebanyakan menjadikan pandangan mereka yang datang dari Tiktok atau bahasa kerennya adalah “Tiktokisme” menjadi landasan utama mereka dalam berargumentasi sehingga bias infromasi sering menjadi masalah utama dalam berargumen di masa kini, hal ini juga disinggung oleh Tom Nichols dalam bukunya berjudul “The Death of Expertise”, Tom Nichols menyoroti bagaimana internet dan media sosial memungkinkan siapa saja untuk menyebarkan informasi, sehingga sulit membedakan antaran opini biasa dan fakta berbasis penelitian. Selain itu, hilangnya mentor-mentor yang mampu menjadi katalisator pemikiran yang harusnya menjadi kontributor utama didalam pembangunan kerangka berfikir menjadi salah satu penyebab degradasi intelektual ini. Senior-senior yang dulunya memiliki banyak ide brilian tidak memiliki regenerasi yang mampu memperpanjang buah pemikirinnya dan yang mampu diturunkan untuk generasi berikutnya.

Baca Juga :  Masyarakat Desa Julubori Gowa Jadi Sasaran Bakti Sosial Analisis

Degradasi Gerakan Mahasiswa: Akibat Kekosongan Intelektual
Intelektual adalah basis yang sangat diperlukan untuk melakukan perlawanan, mereka yang tidak memiliki pola berfikir dan kemandirian dalam berfikir tentunya tidak mampu mempertentangkan sesuatu sebab tak memiliki sebuah gambaran apapun untuk mempertentangkan sesuatu yang tidak sesuai atau melanggar hak-hak, LK FT-UNM seharusnya mampu memberi tanggapan cepat mengenai banyak hal yang sementara ini masih panas dibahas dan terus masih menjadi polemik nasional, namun kini kecolongan dalam struktural membuat LK harus lama berkutat mengurusi sesuatu yang seharusnya dapat selesai lebih cepat dan beralih kebagian esensial dari LK FT-UNM.

Merefleksi kembali masa kejayaan teknik, yang dulunya terkenal mampu mengorganisir massa dengan baik, argumen yang kuat, nalar kritis yang kokoh dan keyakinan yang begitu kuat menjadi kekuatan untuk melawan sebuah kebijakan yang bertentangan dengan mahasiswa, perlawanan yang hadirpun begitu sistematis ditambah semangat juang yang terus membara disanubari pada mahasiswa teknik, tidak heran julukan Rajawali disematkan untuk mahasiswa teknik, dan saya yakin julukan itu masih hadir didalam semua mahasiswa teknik yang menunggu untuk kembali membara. Namun sikap juang yang dulunya terus membara seolah padam, mahasiswa seolah hanya melihat lingkungannya sendiri, mempersempit pandangannya pada hal-hal yang bersifat pribadi dan tidak lagi mau ikut berpartisipasi mengawal isu-isu nasional yang hadir sekarang ini.

Minimnya inisiatif untuk melakukan kajian kritis dan membaca buku membuat pengetahuan terhadap kondisi sosial hampir tidak hadir pada kebanyakan mahasiswa, ini mengingatkan saya pada Joseph Brodsky yang ikut mengkritik mereka yang tidak membaca buku dalam kutipannya “Ada kejahatan yang lebih buruk daripada membakar buku. Salah satunya adalah tidak membacanya.” Selain itu kurangnya kebiasaan dalam mengkaji isu-isu nasional membuat mahasiswa tidak memiliki daya tawar untuk para birokrat yang menjadi setiap aksi yang hadir bersifat momental, cenderung reaktif dan spodaris tanpa visi panjang dari isu yang dikawal sehingga setiap gerakan yang hadir terasa mudah dipatahkan.

Baca Juga :  Usut Pilrek UNM, Akankah Ichsan Ali Layangkan Tuntutan Lagi?

Membangun kembali Tradisi Intelektual dan Gerakan mahasiswa
Meski awan gelap yang menyelimuti LK FT-UNM bukan berarti itu menjadi akhir, selalu ada harapan untuk mereka yang ingin menang. Kebangkitan tradisi intelektual harus terus diperhatikan sebagai sebuah landasan yang fundamental, kebiasaan berdiskusi formal, maupun yang santai hadir dalam lingkungan-lingkungan kecil ataupun digazebo kita yang tercinta, kebiasaan membaca pun harus selalu ada dilingkungan kita bukan hanya sekadar aktivitas seremonial maupun pencitraan. Dengan ini budaya intelektual harus menjadi sebuah euforia yang hadir dilingkungan kita menjadi sebuah kebiasaan yang melekat pada kita.

LK FT-UNM juga perlu memperhatikan kualitas kepemimpinan dan keberanian dalam setiap langkahnya, memiliki semangat saja tidak cukup untuk menjadi alasan menang, memperhatikan kondisi sosial, politik dan kebijakan internal kampuspun harus teliti diperhatikan, membangun empati dan tidak menjadikan LK hanya menjadi ajang memperkuat kredibilitas saja. Tanpa fungsionaris yang memiliki basis intelektual hanya menjadikan LK sebagai lembaga administratif yang hanya disibukkan oleh urusan-urusan dangkal dan seremonial yang tidak memberikan dampak apa-apa pada mahasiswa.

Regenerasi juga perlu diperhatikan dalam usaha untuk menjaga keberlangsungan LK yang progresif yang tidak hanya berbicara hari ini namun juga mampu membicarakan hari-hari yang akan datang. Senior juga perlu mengambil peran dalam membekali generasi sekarang untuk generasi berikutnya, peran mentor harus diambil oleh senior-senior yang merasa masih peduli terhadap tradisi intelektual yang ada, agar semua gerakan mahasiswa tidak hanya ada dimasa lalu saja namun mampu dibangkitkan dan dijaga agar tidak mati, semua hal yang tidak mampu dijaga bersama hanya akan menjadi angin berlalu dan seterusnya akan begitu sehingga gerakan dan tradisi intelektual hanya akan menjadi mimpi didalam tidur yang abadi.

Saya berharap para fungsionaris LK FT-UNM tidak meminjam pandangan birokrat yang melihat kritik sebagai sebuah pembangkangan, namun fungsionaris harus mampu melihat kritik sebagai langkah untuk mendestruktif setiap langkah yang salah, secara pribadi saya merasa budaya kritik memang harus ada demi menjaga kestabilan setiap langkah dari LK FT-UNM.

*Penulis: Muhammad Arief Wijaksana, Mahasiswa Fakultas Teknik UNM

Berita Terkait

[OPINI] Pendidikan yang Membungkam : Saat Instansi Pendidikan Membentuk Komoditas Tanpa Imajinasi
[OPINI] Arah Sekolah dan Pendidikan
[OPINI] Tantangan bagi Masyarakat yang Terinfeksi Informasi Sepihak
Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan
Semua Demi Pendidikan
[Opini] Di Balik Layar Konflik: Memahami Strategi Psychological Warfare dalam Perang Modern
[OPINI] Perjuangan dan Potensi Perempuan: Transformasi Gender dalam Organisasi
[OPINI] Apakah UNM Cocok Berstatus PTN-BH?
Berita ini 2 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 3 Mei 2025 - 21:56 WITA

[OPINI] Pendidikan yang Membungkam : Saat Instansi Pendidikan Membentuk Komoditas Tanpa Imajinasi

Jumat, 2 Mei 2025 - 09:45 WITA

[OPINI] Arah Sekolah dan Pendidikan

Jumat, 14 Maret 2025 - 20:40 WITA

[OPINI] Awan Gelap LK FT-UNM: Kekosongan Intelektual dan Degradasi Gerakan Mahasiswa

Jumat, 8 November 2024 - 02:36 WITA

[OPINI] Tantangan bagi Masyarakat yang Terinfeksi Informasi Sepihak

Rabu, 3 Juli 2024 - 22:54 WITA

Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan

Berita Terbaru

Pendidikan Sejarah

Pameran Sejarah Jadi Wadah Edupreneurship dan Wisata

Kamis, 8 Mei 2025 - 02:21 WITA

Fakultas Psikologi

Tim BKP Fakultas Psikologi Gelar Psikoedukasi Sex Education di PAUD Kartini

Kamis, 8 Mei 2025 - 02:00 WITA

Himanis

UMKM Fest Wadah Promosi dan Pemberdayaan UMKM Lokal

Rabu, 7 Mei 2025 - 02:27 WITA