PROFESI-UNM.COM -Di tengah pusaran kekuasaan modern yang semakin cair namun tetap menindas, kejujuran telah menjadi tindakan langka dan karena kelangkaannya, ia menjadi radikal. Dalam pandangan filsafat kontemporer, terutama yang dipengaruhi pemikiran seperti Michel Foucault dan Slavoj zizek , kebenaran tak lagi dipandang netral; ia selalu terikat pada struktur kuasa. Maka, berkata jujur di era ini bukan sekadar menyampaikan fakta, tapi membongkar ilusi yang menopang tatanan dominan.
Foucault mengajarkan bahwa di balik setiap “wacana kebenaran” tersembunyi mekanisme kontrol. Maka ketika seseorang berani berkata jujur di tengah sistem kekuasaan, ia bukan hanya melawan kebohongan tapi ia juga menantang arsitektur pengetahuan yang dibuat untuk menundukkan. Kejujuran bukan lagi hanya kebajikan moral, tapi menjadi tindakan parrhesia: keberanian eksistensial untuk berkata benar, meski tahu risikonya adalah pengucilan atau kehancuran diri.
Di dunia pascamodern, di mana kebenaran sering dianggap relatif dan setiap opini bisa dipelintir, kejujuran menjadi revolusi pribadi. Sebab untuk tetap jujur di tengah normalisasi absurditas dan absurditas yang dinormalisasi, dibutuhkan keteguhan seorang pemberontak. Dalam kerangka itu, kejujuran bukanlah kesopanan, tapi bentuk perlawanan terhadap hegemoni narasi dan karenanya, ia adalah filsafat yang hidup. Sebuah etika yang melampaui wacana: keberanian untuk menjadi manusia, ketika yang lain telah menjadi fungsi.(*)
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
*Penulis : Muhammad Aswin R