
Antara Efisiensi dan Ketergantungan
Dalam era serba digital ini, kehadiran kecerdasan buatan (AI) di dunia pendidikan menyentuh berbagai pandangan yang tidak dapat diabaikan oleh mahasiswa. Bagi sebagian dosen, AI dianggap sebagai sahabat setia yang membantu meningkatkan efisiensi pembelajaran dan mengotomatisasi tugas-tugas administratif. Mereka merasakan potensi besar AI untuk mengintegrasikan teknologi ini ke dalam kurikulum, membuat segalanya lebih cepat dan mudah tanpa perlu melibatkan pikiran kritis. Namun, mahasiswa dari Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FIS-H) UNM, Wira Satriaji, melihat penggunaan AI sebagai “sesuatu yang positif” terutama dalam mengakses informasi dengan kecepatan dan efisiensi. Namun, dia tidak lupa menyindir bahwa kepraktisan AI juga membawa dampak negatif, di mana mahasiswa bisa “malas untuk selektif mencari informasi.”
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam pandangan seorang dosen, Moldi, penggunaan AI tidak hanya memberikan efisiensi, tetapi juga menjadikan teknologi sebagai penunjang dalam mengakses dan menyaring literatur penelitian. Namun, ia dengan sarkastis menyampaikan bahwa “di mana-mana teknologi itu sebagai punanjang saja,” tanpa memungkiri manfaatnya. Meskipun demikian, Moldi menekankan bahwa mahasiswa harusbelajar untuk tidak hanya mengandalkan AI, melainkan juga mengembangkan keterampilan kritis mereka.
Penggunaan AI juga menjadi sorotan dalam dampaknya terhadap minat literasi mahasiswa. Seorang dosen Psikologi Sosial yakni Rajan,mencatat bahwa AI memudahkan akses ke berbagai sumber literatur dengan cepat, namun mengkhawatirkan ketergantungan mahasiswa pada AI. Ia dengan sinis menyampaikan bahwa mahasiswa cenderung “membacahasil dari AI tanpa pemahaman yangmendalam,” menciptakan generasi yang lebih suka menyalin daripada memahami.
Dosen Sosiologi UNM, Supriadi Torro, menyoroti potensi penyalahgunaan AI, menyebut plagiasi sebagai hal “paling norak.” Ia mengingatkan bahwa penyalahgunaan AI dapat membuat sivitas akademika kehilangan kreativitas dan inovasi, dan merugikan sistem pendidikan. Meskipun AI dapat membantu meningkatkan pengetahuan, penyalahgunaannya dapat membawa dampak jangka panjang yang serius. Sebagai solusi, Supriadi mengingatkan pentingnya nilai-nilai moral dan norma agar sivitas akademika tidak terjebak dalam ketergantungan teknologi. (*)