
PROFESI-UNM.COM – Mahasiswa Fakutas Teknik (FT) Universitas Negeri Makassar (UNM) membuat sebuah alat pendeteksi banjir dalam Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM). Alat tersebut diberi nama ALIBABA atau Alat Teleportasi Wisatawan Air Terjun Sebelum Terjadi Banjir Bah.
Ketua Tim PKM, Muh. Abdulah mengatakan bahwa ALIBABA dibuat sebagai alat teleportasi pengunjung wisata air terjun sebelum terjadinya bajir bah. Ide teleportasi ini digunakan sebagai bentuk pengosongan wilayah wisata dalam waktu 30 menit.
“Alat ini bekerja dengan memberikan peringatan sejak dini bahaya banjir bah yang akan terjadi 30 menit sebelum air bah datang ke lokasi wisata,” katanya melalui pesan Whats App, Jumat (18/5).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektro ini menambahkan bahwa para pengunjung wisata yang telah diedukasi sebelumnya dapat segera meninggalkan lokasi wisata setelah mendengarkan alarm tanda bahaya datangnya air bah. Alat ini terdiri dari sensor ketinggian air, sensor curah hujan, sensor arus air yang ditempatkan di hulu sumber air terjun.
“Alarm dan telemetri pada alat ini berfungsi mengirimkan sinyal bahaya air bah dari beberapa kilometer dari lokasi banjir,” tambahnya.
Abdullah juga menjelaskan bahwa alat ini ia buat karena melihat salah satu objek wisata yang indah menjadi destinasi wisata favorit masyarakat umum adalah air terjun. Di Indonesia, kata Abdullah, ada banyak air terjun bahkan di Provinsi Sulawesi Selatan saja ada sebanyak 27 wisata air terjun terindah.
Salah satu wisata air terjun yang terletak di Sulawesi Selatan yaitu wisata air terjun Bantimurung yang memiliki sekitar 6 ribu pengunjung pertahunnya. Namun selain panorama keindahan yang dimiliki air terjun, air terjun juga memiliki potensi bahaya banjir air bah yang cukup tinggi yang telah menelan korban di beberapa wisata air terjun di Indonesia.
Sampai saat ini, belum ada solusi yang efektif dalam meminimalkan bahaya banjir bah untuk kawasan wisata air terjun. Beberapa langkah yang dilakukan oleh pemerintah seperti menempatkan personel keamanan di sekitar area lokasi wisata tersebut, menempatkan garis batas wilayah berbahaya dan penutupan lokasi wisata.
“Solusi yang diberikan tidak dapat menyelesaikan masalah, malah menimbulkan masalah baru berupa potensi penghasilan dari wisata air terjun yang sangat menguntungkan hilang karena daya keterbatasan akses wilayah wisata air terjun dibutuhkan teknologi yang dapat menjamin keamanan serta dapat meminimalkan batasan akses objek wisata air terjun,” katanya.
“Teknologi yang kami tawarkan melalui PKM ini yaiut berupa teknologi yang menjamin para wisatawan terhindar dari bahaya bajir bah,” tambahnya.
Tim yang dibimbing oleh Satria Gunawan Zain ini menerapakan alat tersebut di air terjun Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa. (*)
[divider][/divider]
*Reporter: Nuru Atika