PROFESI-UNM.COM – Tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) dosen jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Makassar (UNM) yang diketuai oleh Usman beranggotakan Dwiyatmi Sulasminah dan Purwaka Hadi mengadakan sosialisasi kegiatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) di Sekolah Luar Biasa (SLB) Jenne Tallasa, Kabupaten Gowa pada 31 agustus lalu.
Sosialisai PKM tersebut diadakan secara luring setelah mendapat izin dari kepala sekolah setelah pembatasan sosial telah dilonggarkan oleh Pemerintah Kabupaten Gowa.
Kegiatan ini diikuti oleh 14 orang guru dari SLB Jenne Tallasa Kabupaten Gowa dengan mengusung topik ‘Intervensi Dini Anak Autis Melalui Penerapan Metode ABA Kepada Guru-guru SLB Jenne Tallasa Kabupaten Gowa’.Topik tersebut dilatarbelakangi oleh fenomena ketidaksiapan lembaga pendidikan, khususnya SLB melakukan adaptasi yang pada dasarnya menyangkut pada ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum memadai.
Intervensi dini bertujuan agar peserta atau guru yang mengikuti kegiatan PKM memiliki kompetensi profesional tambahan dalam melaksanakan layanan pendidikan dan pembelajaran bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK).
Menurut kajian tim pengabdi di lapangan ketika mendampingi mahasiswa melakukan observasi dan praktek di sekolah khususnya di SLB Jenne Tallasa Kabupaten Gowa ditemukan indikasi bahwa umumnya guru belum memiliki wawasan dan pemahaman yang baik tentang pemberian intervensi dini melalui penerapan metode Applied Behavior Analysis (ABA) untuk melatih kemampuan berkomunikasi anak penyandang autis.
“Ditemukan indikasi bahwa umumnya guru belum memiliki wawasan dan pemahaman yang baik tentang pemberian intervensi dini melalui penerapan metode Applied Behavior Analysis (ABA) untuk melatih kemampuan berkomunikasi anak penyandang autis,” ungkap tim pengabdi di lapangan.
Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa guru yang mengajar anak autis belum pernah mendapatkan informasi, sosialisasi atau pelatihan tentang penerapan metode ABA.
“Bahkan ada guru yang mengajar anak autis mengatakan bahwa mereka belum pernah mendapatkan informasi, sosialisasu atau pelatihan tentang metode tersebut,” tambahnya. (*)
*Reporter: Annisa Puteri Iriani