
PROFESI-UNM.COM – Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar (FIP UNM), Muhammad Thamrin mengkritisi terkait kurangnya kebebasan berekpresi di kampus oranye ini. Kritikannya tersebut ia sampaikan saat orasi unjuk rasa di depan )Gedung Menara Pinisi, Selasa (26/9).
Thamrin sapaannya mangatakan bahwa adanya masalah tentang keterbatasan kebebasan berpendapat di UNM. Sebagai contoh adanya oknum dosen yang datang terlambat, namun ketika dikomunikasikan malah dianggap tidak sopan.
“Pernah dilaporkan bahwa dosen terlambat datang. Tiba dimana mahasiswa terlambat datang, dia langsung kasih keluar dari kelas,” katanya
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Lebih lanjut, Ia juga mengungkapkan bahwa beberapa oknum dosen kadang menganggap mahasiswa tidak sopan hanya karena adanya perbedaan berpendapat.
“kadang juga ketika kita berpendapat, dosen menganggap kita kurang ajar.
Mereka gunakan emosi pribadinya bukan sebagai akademisi yang menerima kebebasan berekspresi mahasiswa.”, lanjutnya
Sehubungan dengan hal tersebut, Thamrin juga mengeluhkan tentang adanya oknum dosen yang memaksa mahasiswa membeli buku sebagai bahan kuliah. Tak hanya itu, dosen tersebut juga mengharuskan para mahasiswa untuk bayar di tempat.
“Di FIP itu sendiri, banyak dosen yang mengharuskan mahasiswanya membeli buku sebagai bahan kuliah. Mereka membagi langsung buku ke mahasiswa yang kemudian disuruh bayar ditempat,” keluhnya.
Hal ini juga sudah pernah dilaporkan kepada pimpinan jurusan. Selain itu, ia juga melakukan komunikasi dengan oknum dosen tersebut namun belum mendapatkan kepastian.
“Saya sudah konsultasi secara personal pimpinan jurusan. Mereka memang bilang bahwa penjulan buku memang boleh dilakukan, tapi tanpa paksaan,” jelasnya.(*)
*Reporter: Sunan Jaya/editor: Muh. Akbar