PROFESI-UNM.COM – Salah satu tim Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) Penerapan Iptek (PI) Universitas Negeri Makassar (UNM) membuat mesin pengiring biji kakao berbasis hybrid tenaga surya dan biomassa di Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat yang bernama CV. Putra Mataram (Macoa).
Tim ini lolos pada tahap pendanaan dengan mengangkat judul “Mesin Pengering Biji Kakao Berbasis Hybrid Tenaga Surya dan Biomassa untuk Meningkatkan Produktivitas CV. Putra Mataram (Macoa)”.
Dosen pembimbing dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Teknik Pertanian yaitu Andi Muhammad Akram Mukhlis. Tim ini diketuai oleh Widya Astuti Rinduwati dari Prodi Pendidikan Teknik Pertanian, dengan empat anggota yaitu Dian Aninda Sari dari Prodi Pendidikan Teknik Pertanian, Muh. Azikin Sofyan dari Prodi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Nurul Izzah Yunus dari Prodi Pendidikan Vokasional Mekatronika, dan Anisa Rusli dari Prodi Pendidikan Biologi.
Mitra dari tim ini adalah CV. Putra Mataram atau biasa dinamakan Macoa. Industri ini mengolah biji kakao menjadi coklat batang dan coklat bubuk. Lokasi dari industri ini bertempat di Jalan Ahmad Yani No. 2 Sidorejo Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat.
Proses pengolahan biji kakao memiliki beberapa tahap, salah satunya tahap pengeringan biji kakao. Sebelumnya, tim ini telah berinteraksi dengan mitra melalui chat WhatsApp dengan salah satu pendiri CV. Putra Mataram.
Salah satu pendiri Macoa, Dheny Frisandy Nur, mengatakan bahwa terdapat beberapa permasalahan, yaitu proses pengeringan dilakukan secara konvensional di tempat terbuka sehingga biji kakao dapat rusak akibat debu, hujan, angin, serangan serangga, dan jamur.
“Ada beberapa masalah pada tahap pengeringan biji kakao, biasanya proses pengeringan dilakukan secara konvensional dengan sinar matahari di tempat terbuka, biji kakao ada yang rusak akibat hujan, debu, serangga, bijinya berjamur,” ungkapnya.
Ketua Tim PKM-PI UNM, Widya Astuti Rinduwati, menawarkan solusi berupa mesin pengering biji kakao berbasis hybrid. Mesin pengering ini memanfaatkan energi panas melalui sistem efek rumah kaca dengan panas tambahan dari biomassa serta dilengkapi sensor suhu, sensor kelembaban, dan pengaduk.
“Kami memberikan solusi dengan membuat mesin pengering berbasis hybrid karena mesin ini memiliki dua sumber panas yaitu sistem efek rumah kaca dan juga panas tambahan dari pembakaran biomassa,” tuturnya.
Selama proses pengeringan mesin ini memonitoring suhu, kelembaban, dan juga memonitoring kadar air biji kakao selama proses pengeringan. Selanjutnya, mesin pengering biji kakao berbasis hybrid tenaga surya dan biomassa akan memberikan pemberitahuan melalui indikator LCD karakter ketika proses pengeringan selesai. (*)
*Reporter: Murni