PROFESI-UNM.COM – Pada zaman Romawi Kuno, masa pemerintahan Kaisar Julius Caesar (100-44 SM). Acta Diurna merupakan papan pengumuman (sejenis majalah dinding atau papan informasi sekarang), diyakini sebagai produk jurnalistik pertama pers, media massa, atau surat kabar harian pertama di dunia.

Julius Caesar disebut sebagai Bapak Pers Dunia. Caesar hanya meneruskan dan mengembangkan tradisi permulaan berdirinya Kerajaan Romawi. Saat itu, atas perintah Raja Imam Agung, segala kejadian penting dicatat pada Annals, yakni papan tulis yang digantungkan di serambi rumah.

Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya. Saat berkuasa, Julius Caesar memerintahkan agar hasil sidang dan kegiatan para anggota senat setiap hari diumumkan pada Acta Diurna.

Dilansir dari Kumparan, Acta Diurna secara harfiah kata jurnalistik berasal dari kata diurnal dalam bahasa Latin berarti harian atau setiap hari. Diadopsi ke dalam bahasa Perancis menjadi Du Jour dan bahasa Inggris journal yang berarti catatan harian atau laporan.

Papan pengumuman itu ditempelkan dan dipasang di pusat kota yang disebut Forum Romanum (Stadion Romawi), kemudian disebarluaskan. Saat itulah muncul para Diurnari, yakni orang-orang yang bekerja membuat catatan-catatan hasil rapat senat dari papan Acta Diurna setiap hari, untuk para tuan tanah dan para hartawan.

Pada Tahun 1800-an juga ditandai dengan munculnya istilah Yellow Journalism (jurnalisme kuning), sebuah istilah untuk “pertempuran headline” antara dua koran besar di Kota New York. Satu dimiliki oleh Joseph Pulitzer dan satu lagi dimiliki oleh William Randolph Hearst.

Sebagai catatan, surat kabar generasi pertama di AS awalnya memang partisan, serta dengan mudah menyerang politisi dan presiden, tanpa pemberitaan yang objektif dan berimbang. Namun, para wartawannya kemudian memiliki kesadaran bahwa berita yang mereka tulis untuk publik haruslah memiliki pertanggungjawaban sosial. (*)

*Reporter: Sumaya Nursyahidah