PROFESI-UNM.COM – Varian baru dari virus corona semakin banyak bermunculan, salah satunya Omicron. Omicron merupakan salah satu dari 13 varian virus corona SARS-CoV-2, yang dinamai berdasar alfabet Yunani. Penemuan dari Omicron ini sempat membuat cemas dunia termasuk Indonesia yang kini menambah masa karantina menjadi 10 hari. Virus yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan ini pun dikelompokkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai bagian dari Variant Of Concern.

WHO menyebut, Omicron dikhawatirkan mampu memicu lonjakan kasus Covid-19 secara global. Afrika Selatan melaporkan kasus pertama varian Omicron ke WHO pada 24 November. Infeksi pertama diketahui berasal dari sampel yang dikumpulkan pada 9 November, tetapi Botswana juga memiliki sampel yang dikumpulkan pada 11 November dengan varian yang ada. Dua hari setelah dilaporkan di Afrika Setelah, pada 26 November 2021 WHO langsung mengkategorikan varian B.1.1.529 sebagai variant of concern dan menamainya Omicron.

Kelompok Penasihat Teknis WHO terkait Evolusi Virus mengatakan, Omicron langsung dikategorikan variant of concern karena mutasi varian ini mungkin berdampak pada sifat virus, misalnya mudah menyebar atau meningkatkan keparahan penyakit.
Varian dengan nama lain B.1.1.529 ini bahkan disebut sebagai salah satu virus SARS-CoV-2 yang sangat menular. WHO menyebut bahwa dalam beberapa minggu terakhir, infeksi Omicron telah meningkat tajam.

“Bertepatan dengan deteksi varian B.1.1.529. Infeksi B.1.1.529 terkonfirmasi pertama yang diketahui berasal dari spesimen yang dikumpulkan pada 9 November 2021,” bunyi laporan WHO yang dipublikasikan pada Jumat (26/11).

Dilansir dari bbc.com Salah seorang dokter pertama di Afrika Selatan yang mendeteksi varian virus corona, Omicron, Angelique Coetzee, mengungkapkan pasien-pasien yang terkena varian tersebut sejauh ini bergejala ringan dan bisa rawat jalan di rumah. Gejala yang dikeluhkan pasien Omnicrom antara lain rasa Lelah selama satu sampai dua hari. Lalu gejala lainnya seperti sakit kepala, dan tubuh yang terasa sakit, serta tenggorokan pegal.

“Keluhan yang disampaikan pasien [Omicron] biasanya adalah mereka merasa sangat capek selama satu atau dua hari. Gejala lain adalah, sakit kepala dan badan terasa sakit. Tenggorokan serak,” ungkap Coetzee dalam wawancara dengan BBC.

Lanjut, ia mengatakan bahwa pasien Omnicrom tidak kehilanagan fungsi indra penciuman ataupun indra perasa.

“Mereka tidak batuk-batuk, tidak juga kehilangan indra penciuman maupun indra rasa,” katanya.

Terakhir, Ia menjelaskan bahwa gejala pada virus Omicron tidak jauh berbeda dengan kontaminasi virus normal.

“Gejala pada tahap ini tak beda jauh dengan infeksi virus normal,” jelasnya. (*)

*Reporter: Nur Arrum Suci Katili/Editor: Fikri Rahmat Utama