PROFESI-UNM.COM – Pembobolan data yang semakin marak terjadi tentu memiliki dampak bagi pengguna akun baik sosial media maupun aplikasi chatting dan e-commerce. Motif pelaku pun bermacam-macam. Ada yang bertujuan untuk memberitahukan pemilik website akan adanya celah keamanan, dan ada yang memang bertujuan mengambil keuntungan untuk diri sendiri atau golongan dengan mencuri data.

Baca juga: Awas! Whatsapp Dosen UNM Dihack, Pelaku Minta Pulsa

Dilansir dari detik.com,  pembobolan ini tentu berbahaya, dimulai dengan data pribadi kita. Misalnya nama, tanggal lahir, alamat email, no telepon, no KTP, dan lain sebagainya. Data pribadi ini bisa dijual, baik ke institusi tertentu yang berkepentingan, hingga dijual di dark web.

Untuk data di e-commerce yang biasanya berisi saldo, apalagi mereka yang aktif berjualan, bahkan terhubung dengan kartu kredit. Kalau sampai bobol, akun kita diambil alih, maka kita bisa kehilangan uang banyak. Seringkali CS di e-commerce juga terbatas dan lambat antisipasi, sehingga kebobolan walau kita ketahui dengan cepat, tidak dengan cepat ditangani e-commerce bersangkutan.

Baca juga: Mengaku Sebagai Dosen UNM, Penipu Minta Pulsa ke Mahasiswa

Jika data lain bocor, dan pelaku mengerti social engineering, Ia bisa memanfaatkannya untuk mengelabui teman-teman atau keluarga kita, seperti pura-pura minta tolong pinjam uang untuk kebutuhan mendesak, mengabarkan sedang kecelakaan di rumah sakit, ditangkap polisi, dan lain sebagainya seperti yang dialami oleh mahasiswa UNM  dimana oknum penipu mengaku sebagai dosen dan meminta pulsa kepada mahasiswa

*Reporter: Annisa Puteri Iriani