PROFESI-UNM.COM -Pendekatan etimologis menurut sudut istilah atau perkataan. Secara etimologis, ‘filsafat (falsafah, bahasa Arab), berakar dari bahasa Yunani ‘phillein’ yang berarti cinta dan “sophia’ berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat adalah cinta kebijaksanaan. Secara historis, arti etimologis itu berkembang dari sikap pikir dan pendirian Socrates (470-399 s.m).

Selalu diungkapkan bahwa Ia yakin tidak mungkin ada seorang manusiapun mampu memiliki Suatu pengetahuan sempurna seperti kebijaksanaan. Di dalam hidup dan kehidupannya manusia siapapun selalu berada di dalam keadaan serba terbatas. Terhadap kebijaksanaan, manusia hanya mampu bersikap dan berperilaku mencintainya. Pendirian Socrates tersebut, sekaligus menegaskan sikap kritiknya terhadap kaum ”sophist’ yang pada saat itu mengaku sebagai pemilik kebijaksanaan.

Di dalam konteks kehidupan, “cinta” adalah perilaku substantif yang menyelimuti seluruh kehidupan manusia. Cinta adalah seluruh kehidupan manusia itu sendiri. Tanpa cinta, tak seorang manusiapun mampu berperikehidupan. Di dalam konktes, cinta menggambarkan adanya relasi antara dua pihak. Didalam reas itu pasti terjad’ aksi (subyek) oleh pihak pertama dan passif (objek) oleh pihak kedua. Akan tetapi, di dalam dinamika keadaan, pihak pertama dan kedua bisa saling berganti peran. Adapun aksi atau tindakan itu muncu dari dorongan subyek untuk menyatu dengan objek atas daya tarik yang terdapat didalam objek itu.

Untuk bisa menyatu dengan objek, ada syarat yang harus dipenuhi yaitu subyek mutlak harus mengetahui sifat hakikat objek. Semakin mendalam pengetahuan subyek tentang ojek maka semakin kuatlah dorongan penyatuannya. Persoalannya adalah atas keterbatasan manusia, seberapa mampu seorang subyek mengetahui secara utuh menyeluruh tentang sifat hakikat objek itu. Hal itu, dipastikan tidak mungkin. Akan tetapi, yang menjadi penting adalah seberapapun derajat pengetahuan tetap berfungsi sebagai dorongan kodrat untuk menyatu dengan pihak lain sesamanya.

Sedangkan istilah ‘kebijaksanaan’ adalah terbentuk dari kata dasar ‘bijaksana’, yang mendapat imbuhan awalan ‘ke’ dan akhiran ‘an’. Menurut filsafat bahasa, perkataan selalu terkait dengan fakta perilaku. Dalam bahasa Indonesia, struktur kata demikian menunjuk pada adanya pengetahuan hakiki tentang perilaku bijaksana. Jadi mengandung nilai hakiki kemanusiaan yang mengakar pada potensi kejiwaan rasa, cipta dan karsa. Pada hakikatnya, dari potensi rasa tumbuh nilai keindahan, dari potensi cipta tumbuh nilai kebenaran dan dari potensi karsa tumbuh nilai kebaikan. Ketiga nilai itu, pada titik keseimbangan berdinamika menjadi sebuah perilaku adil. Oleh karena itu, dapat dirumuskan bahwa perilaku bijaksana terlahir atas dorongan karsa yang kuat, menurut keputusan akal yang tepat dan sesuai dengan perasaan yang mendalam.

Jadi, secara etimologis dapat dipahami bahwa di dalam istilah cinta dan kebijaksanaan keduanya terkandung isi yang sama yaitu pengetahuan. Oleh karena itu, filsafat dapat diartikan pengetahuan tentang pengetahuan. Jadi, pengetahuan yang baik tingkat keluasan maupun kedalamannya tidak terukur. Pengetahuan meluas meliputi seluruh bidang kehidupan, dan pengetahuan mendalam sampai pada tingkat substansi kehidupan. Lingkup pengetahuan itu, menunjukkan bahwa nilai-nilai keindahan, kebenaran dan kebaikan adalah bersifat mutlak. Karena itu, berada di luar jangkauan, kemampuan manusia. Oleh karena itu, secara etimologis menjadi jelaslah bahwa dengan keahlian apapun seseorang hanya mungkin mampu berperilaku mencintai kebijaksanaan.

Tulisan ini dikutip dari buku Filsafat Administrasi Pendidikan Sebagai Jalan Lurus Menuju Tujuan Pendidikan pada halaman 23-26 yang ditulis oleh Prof. Suparlan Suhartono. M.Ed., Ph.D. Guru Besar Filsafat Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar yang memang berkompeten dalam bidang pembelajaran Filsafat karena latar belakang pendidikan beliau dan pengalamannya dalam membelajarkan mata kuliah filsafat dan cabang-cabangnya. Diterbitkan oleh Badan Penerbit UNM tahun 2015 di Makassar.

*Reporter: Annisa Puteri Iriani